Thursday 31 December 2009

VERTIGO


Mengatasi Vertigo

Vertigo adalah sensasi berputar yang dapat terjadi kapanpun, meski tubuh kita dalam keadaan berdiri tegak. Lingkungan sekitar tampak bergerak, baik vertikal maupun horisontal. Beberapa orang merasakan bahwa mereka benar-benar berputar. Efeknya bisa ringan atau bahkan berat hingga kita bisa jatuh ke lantai.

Vertigo berbeda dengan dizziness, suatu pengalaman yang mungkin pernah kita rasakan, yaitu kepala terasa ringan saat akan berdiri. Sedangkan vertigo bisa lebih berat dari itu, misalnya dapat membuat kita sulit untuk melangkah karena rasa berputar yang mempengaruhi keseimbangan tubuh.

Gejala vertigo
Vertigo dapat terjadi tiba-tiba dan berlangsung sebentar, tapi dapat pula terjadi selama beberapa hari. Mereka dengan vertigo yang berat bisa jadi tak dapat bangun dari tempat tidur dan hal ini akan mempengaruhi aktivitasnya sehari-hari. Untuk itu, gejala vertigo dapat bervariasi tergantung berat ringannya. Gejala yang dapat dirasakan antara lain:

* Tempat anda berpijak terasa berputar atau bergerak-gerak
* Mual
* Muntah
* Sulit berdiri atau berjalan
* Sensasi kepala terasa ringan
* Tak dapat memfokuskan pandangan


Penyebab vertigo
Vertigo seringkali disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di daerah telinga. Kemungkinan penyebab vertigo yaitu:

* Infeksi virus seperti common cold atau influenza yang menyerang area labirin
* Infeksi bakteri yang mengenai telinga bagian tengah
* Radang sendi di daerah leher
* Serangan migren
* Sirkulasi darah yang berkurang dapat menyebabkan aliran darah ke pusat keseimbangan otak menurun
* Mabuk kendaran
* Alkohol dan obat-obatan tertentu

Pencegahan vertigo
Langkah-langkah berikut ini dapat meringankan atau mencegah gejala vertigo:

* Tidurlah dengan posisi kepala yang agak tinggi
* Bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum kita berdiri dari tempat tidur
* Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang
* Hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya untuk mengambil suatu benda dari ketinggian
* Gerakkan kepala secara hati-hati jika kepala kita dalam posisi datar (horisontal) atau bila leher dalam posisi mendongak.

Benign positional vertigo adalah bentuk vertigo yang menyerang dalam jangka waktu pendek namun berulang-ulang. Gejalanya hanya dalam hitungan detik tetapi bisa cukup berat, seringkali muncul setelah kita terserang infeksi virus atau adanya peradangan dan kerusakan di daerah telinga tengah. Gejalanya bisa muncul jika kita menggerakkan kepala tiba-tiba, misalnya saat menoleh dengan gerakan yang cepat.

Umumnya kasus vertigo merupakan kasus yang ringan dan tidak berbahaya. Namun, jika gejala itu muncul berulang atau menetap, perlu dilihat apakah ada faktor yang menyebabkannya. Jika gejala tersebut sangat mengganggu aktivitas kita, segera periksakan diri ke dokter untuk menentukan apakah ada penyebab yang serius dan terapi yang tepat untuk menyembuhkan vertigo kita.


Tuesday 15 December 2009

Memahani Fungsi Alat Pencernaan Kita




Proses mengubah makanan menjadi zat yang dimanfaatkan oleh tubuh merupakan proses ilmiah yang perlu kita ketahui. Dari pemahaman inilah kita nantinya diharapkan untuk lebih merawat dan mendeteksi kemungkinan adanya kelainan fungsi pencernaan kita.

Makanan

* Kita memerlukan makanan untuk :
- memperoleh energi
- pertumbuhan
- memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak
* Agar tubuh tetap sehat, makanan harus mengandung :

1. Karbohidrat atau zat tepung
- sumber energi
- makanan pokok : beras, jagung, terigu, kentang
2. Protein atau zat putih telur
- bahan pembangun tubuh
- lauk-pauk : daging, ikan, tahu, tempe, susu
3. Lemak
- sumber energi & cadangan energi
- daging, mentega, kacang-kacangan
4. Mineral
- pelindung & pengatur
- garam dapur, zat besi, pospor, yodium
5. Vitamin
- Tidak menghasilkan energi
- Mutlak harus ada
- Buah-buahan, sayuran, minyak ikan
6. Air
- Pelarut dalam tubuh
- Minuman & cairan dalam makanan

Sistem pencernaan
I. Saluran pencernaan
II. Kelenjar pencernaan

Anatomi
I. Saluran Cerna

1. Mulut
2. Pangkal kerongkongan ( faring )
3. Kerongkongan ( esofagus )
4. Lambung ( gaster )
5. Usus halus, terdiri atas :
a. usus 12 jari (duodenum)
b. usus tengah (jejenum)
c. usus penyerapan (ileum)
6. Usus besar, terdiri atas :
a. usus tebal (kolon)
b. poros usus ( rektum )
7. Anus

II. Kelenjar Pencernaan

1. Kelenjar ludah
2. Kelenjar getah lambung
3. Kelenjar hati

Kelenjar pankreas
Proses Pencernaan Mulut

* Terdapat Gigi, Lidah, Kelenjar ludah
* Gigi :
- Pencernaan mekanik
- Memotong dan menghaluskan makanan
* Lidah
- Alat pengecap makanan
- Membantu:
mencampur dan menempatkan makanan, menelan dan mendorong makanan ke dalam kerongkongan
* Kelenjar ludah :
o Cairan encer yang netral (pH 6,7)
o Terdiri dari :
- 99 % air
- Garam mineral : NaCl
- Mucin
- Enzym Ptialin : KH -> Maltosa

Pangkal Kerongkongan (Faring)

* ~ pipa (12-14 cm)
* Letak : di belakang mulut
* Terdapat refleks yang mencegah makanan masuk ke saluran nafas
bagian atas kerongkongan (esofagus)

Kerongkongan
Esofagus

* tabung (25 cm)
* Letak : di belakang saluran nafas/Trakea
* Makanan hanya “lewat”
* Terdapat otot polos, fungsi :
- Gerakan meremas dan mendorong makanan (Gerakan peristaltik)
- Mengontrol kecepatan perjalanan makanan

Lambung
Gaster

* ~ kantong, rongga perut kiri atas
* Terdiri dari : (dari atas ke bawah)
o Atas ( fundus )
o Tengah (korpus )
o Bawah ( pilorus )
* Di ujung lambung terdapat otot lingkar
- berbatasan dengan kerongkongan
- berbatasan dengan usus halus

Fungsi:

* Mencerna & meneruskan makanan
* Pada dinding lambung terdapat kelenjar yang menghasilkan getah lambung :
a. Selaput lendir lambung
->Melapisi mukosa lambung
b. Kelenjar : Enz. Pepsin & HCl, Renin
->Proses pencernaan protein
* Otot Lambung : Pengosongan lambung
->kecepatannya mempengaruhi lama kerja obat di lambung

a. Asam klorida ( HCl )
- Mengasamkan makanan
- Membunuh bakteri yang masuk bersama makanan
- Mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin
b. Pepsin :
Mengubah protein menjadi pepton dan polipeptida
c. Renin :
Mengendapkan protein susu ( kasein ) dari air susu
d. Lendir :
Melindungi sel-sel di permukaan lambung terhadap kerusakan akibat kerja dari asam klorida.

Faktor Yang Mempengaruhi Keasaman Isi Lambung

* Jumlah pengeluaran asam lambung
* Jumlah makanan yang masuk & sifatnya
* Pergerakan otot (motilitas) lambung

Usus Halus
Anatomi Usus Halus
Permukaan dalam dinding usus halus
->tersusun dalam lipatan-lipatan/jonjot ( villi )
->memperluas permukaan untuk memperbanyak penyerapan & pengeluaran lendir

Villi Usus Halus

* pipa berotot (> 6 m)
* Pencernaan secara kimiawi
* Penyerapan makanan
* Terbagi atas:
A. Usus 12 jari ( duodenum )
B. Usus tengah ( jejenum )
C. Usus penyerap ( ileum )

A. Usus 12 jari ( duodenum )
bermuara 2 saluran :
1. Saluran getah pankreas
Getah pankreas berfungsi :
a. Mengubah:

* protein menjadi asam amino
* pati menjadi gula sederhana
* lemak menjadi asam lemak dan gliserol

b. Menetralkan keasaman makanan

2. Saluran empedu
- dihasilkan oleh sel hati
- ditampung di kantong empedu
- menghancurkan lemak (mengemulsi)

B. Usus tengah (jejenum)
- Tempat pencernaan terakhir
- Hasil pencernaan :
karbohidrat: monosakarida & disakarida
protein: asam amino
lemak: asam lemak & gliserol
- Vitamin dan mineral :
Tidak mengalami pencernaan langsung diserap

C. Usus Penyerap (Ileum)
- Sari makanan diserap
- Terdapat otot lingkar :
mencegah makanan kembali ke usus penyerap

Usus Besar

* ~ pipa berotot, diameter > usus halus
* Terbagi atas :
o Usus buntu (sekum) dan Umbai cacing (appendiks)
o Usus tebal (kolon) :
bagian naik
bagian datar
bagian turun
o Poros usus (rektum)
o Anus

Anatomi Usus Besar

* Air diserap kembali
* Gerakan > lambat, >kuat
* Peristaltik ( gerakan meremas dan mendorong makanan ) diakhiri kontraksi otot di dasar panggul
-> efek Buang Air Besar ( defekasi )
* Fungsi Appendiks : ?

Fisiologi usus Besar
Fungsi:

* Menyerap air
-> Pertukaran air : 5-6 liter/hari
* Mengubah sisa hasil pencernaan makanan dari usus halus -> kotoran padat
* Terdapat bakteri yang bekerja pada sisa makanan yang tidak diserap
* Perlu sellulosa >> (sayur, buah-buahan)
-> memadatkan sisa makanan

Organ Tambahan

* Hati
* Kandung Empedu
* Pankreas

Hati

Penyakit Dan Pengobatan
Penyakit Saluran Cerna:
Gejala:

* Nyeri
* Muntah darah (Hematemesis) dan Berak darah (Melena)
* Gangguan cerna
* Kembung
* Muntah
* Sembelit
* Diare Non Spesifik





Wednesday 25 November 2009

MANFAAT DAUN PEPAYA


Assalamualaikum....
ni cak hendrie mo kasih info ni...tadi cak hendrie habis baca artikel menarik mengenai manfaat daun pepaya....langsung aza ya....
1. Daun pepaya sebagai obat jerawat.
Daun pepaya dapat mengobati jerawat lo, yaitu dengan membuatnya menjadi masker.

Cara membuat maskernya : ambil 2-3 lembar daun pepaya yang sudah tua.Kemudian jemur dan tumbuk sampai halus. Tambahkan satu setenagh sendok air, baru deh dapat di manfaatkan untuk muka penuh jerawatmu
2. Manfaat Memperlancar pencernaan
Daun dari tumbuhan pepaya memiliki kandungan kimia senyawa karpain. Zat itu dapat membunuh mikroorganisme yang sering mengganggu fungsi pencernaan.

3. Menambah nafsu makan
Manfaat ini terutama untuk anak-anak yang sulit untuk makan. Ambil daun pepaya yang segar dan memiliki ukuran sebesar telapak tangan. Kalau sudah ketemu tambahkan sedikit garam dan air hangat setengah cangkir. Campur semua lalu diblender. Kemudian saring airnya, nah air itulah yang dapat dimanfaatkan untuk menambah nafsu makan.

4. Demam berdarah
Siapa sangka kalau pepaya juga dapat untuk menyembuhkan demam berdarah. Coba ambil 5 lembar daun. Tambahkan setengah liter air lalu direbus. Ambil air tersebut jika sudah tertinggal tiperempatnya saja. Bintang sendiri belum pernah membuktikannya, jadi jika keadaan tidak membaik segera segera ke dokter (bahkan kalaupun memabaik segera bawa ke dokter). Anggap saja ini untuk pertolongan pertama!

5. Nyeri haid
Wanita jawa zaman dulu sering memanfaatkan daun pepaya untuk mengobati nyeri haid. Cukup Ambil 1 lembar daun saja, Tambahkan asam jawa dan garam. Lalu campur dengan segelas air dan Rebus. Dinginkan sebelum meminum ramuan pepaya tersebut.

6.Anti kanker
Hal ini masih belum pasti, tapi dari beberapa penelitian bahwa manfaat daun pepaya juga dapat dikembangkan sebagai anti kanker. Sebenarnya bukan hanya daunnya saja melainkan batang pepaya juga dapat digunakan. Karena kedanya memiliki milky latex (getah putih seperti susu).


Friday 20 November 2009

Manfaat Bawang Merah


Bawang Merah
(Allium cepa)

Sinonim :
--

Familia :
Amaryllidaceae (Liliaceae).

Uraian :
Herba semusim, tidak berbatang. Daun tunggal memeluk umbi lapis. Umbi lapis menebal dan berdaging, warna merah keputihan. Perbungaan berbentuk bongkol, mahkota bunga berbentuk bulat telur. Buah batu bulat, berwarna hijau. Biji segi tiga warna hitam. Bagian yang Digunakan Umbi lapis.

Nama Lokal :
NAMA DAERAH: Bawang abang mirah (Aceh); Pia (Batak); Bawang abang (Palembang); Bawang sirah, Barambang sirah, Dasun merah (Minangkabau); Bawang suluh (Lampung); Bawang beureum (Sunda); Brambang, Brambang abang (Jawa); Bhabang mera (Madura); Jasun bang, Jasun mirah (BaIi); Lasuna mahamu, Ransuna mahendeng, Yantuna mopura, Dansuna rundang, Lasuna randang, Lansuna mea, Lansuna Raindang (Sulawesi Utara); Bawangi (Gorontalo); Laisuna pilas, Laisuna mpilas (Roti); Kalpeo meh (Timor); Bowang wulwul (Kai); Kosai miha; Bawa rohiha (Ternate); Bawa kahori (Tidore). NAMA ASING: NAMA SIMPLISIA Cepae Bulbus; Umbi lapis Bawang Merah.


Penyakit Yang Dapat Diobati :
SIFAT KHAS Menghangatkan, rasa dan bau tajam. KHASIAT Bakterisid, ekspektoran, dan diuretik. PENELITIAN M. Jufri Samad, 1987. FMIPA Farmasi UNHAS. Telah melakukan penelitian pengaruh ekstrak umbi lapis Bawang Merah terhadap penurunan kadar gula darah normal kelinci. Dari hasil penelitian tersebut, ternyata ekstrak umbi Bawang Merah dengan dosis 250 mg/kg bb, menyebabkan penurunan kadar gula darah normal sebesar 23,46 %. Pada pemberian tolbutamid dosis 250 mg/kg bb secara oral, menunjukkan penurunan kadar gula darah normal sebesar 22,21 %, dan pemberian air suling dengan takaran 5 ml/kg bb secara oral menunjukkan penurunan kadar gula darah normal sebesar 3,00 %. Tri Purwaningsih, 1991. FMIPA Farmasi UI. Telah melakukan penelitian efek protektif Bawang Merah pada kerusakan hati akibat karbon tetraklorida.Dari hasil penelitian tersebut, ternyata Bawang Merah menghambat peningkatan GPT plasma dan kerusakan jaringan hati akibat CCl4.

Pemanfaatan :
KEGUNAAN 1. Batuk. 2. Haid tidak teratur. 3. Kencing manis. 4. Obat cacing. 5. Demam pada anak-anak (obat luar). 6. Perut kembung pada anak-anak (obat luar). RAMUAN DAN TAKARAN Batuk Ramuan: Umbi Bawang merah 4 gram Daun Poko segar 4 gram Daun Sembung segar 3 gram Herba Pegagan segar 4 gram Buah Adas 2 gram Air 125 ml Cara pembuatan: Dipipis, dibuat infus atau pil. Cara pemakaian: Diminum sehari 1 kali, pagi hari 100 ml. Apabila dipipis diminum 1 kali sehari 1/4 cangkir. pil, diminum 3 kali sehari 9 pil. Lama pengobatan: Diulang selama 14 hari. Kencing Manis Ramuan: Umbi Bawang Merah (dirajang) 4 gram Buah Buncis (dirajang) 15 gram Daun Salam (dirajang) 10 helai Air 120 ml Cara pembuatan: Dibuat infus. Cara pemakaian: Diminum sehari 1 kali 100 ml. Lama pengobatan: Diulang selama 14 hari. Demam dan Perut Kembung pada Anak-anak Ramuan: Umbi Bawang Merah (potong tipis) secukupnya Minyak Kelapa secukupnya Minyak Kayu Putih secukupnya Cara pembuatan: Diremas-remas. Cara pemakaian: Minyak tersebut dioleskan pada perut yang kembung, seluruh badan, kaki, dan tangnn pada anak yang demam.

Komposisi :
Minyak atsiri, sikloaliin, metilaliin, dihidroaliin, flavonglikosida, kuersetin, saponin, peptida, fitohormon, vitamin, dan zat pati.



Wednesday 18 November 2009

MENJADIKAN GANGGUAN GINJAL LEBIH “BERSAHABAT”

Gangguan ginjal sering dikatakan sebagai penyakit orang tua, namun saat ini semakin banyak menyerang orang muda. Diduga penyebabnya adalah gaya hidup yang tidak sehat, antara lain aktivitas berkurang (tidak banyak bergerak) dan maraknya konsumsi makanan serta minuman olahan mengandung bahan kimia.

Gangguan ginjal, terutama penyakit ginjal kronis, memang sulit disembuhkan dan bisa menimbulkan bencana. Meski demikian, dengan perawatan medis dan teknik-teknik menolong diri sendiri yang tepat, banyak pasien gangguan ginjal yang bisa menikmati hidup yang lebih baik. Kuncinya adalah mendidik diri sendiri agar dapat menyesuaikan diri dengan keterbatasan yang dimiliki.

Patuhi nasehat dokter agar disiplin minum obat yang telah diresepkan, melakukan cuci darah (bila memang sudah diperlukan) dan kontrol stres. Selain itu, banyak hal lain yang dapat dilakukan untuk membuat gangguan ginjal tersebut menjadi bersifat lebih "bersahabat".

Berikut ini beberapa tips agar gangguan ginjal lebih "bersahabat" :

1. Mengatur pola makan rendah protein dengan kalori cukup untuk mencegah terjadinya atau berlanjutnya proses kerusakan fungsi ginjal. Hasil metabolisme protein yaitu urea, merupakan zat sisa metabolisme tubuh yang paling berbahaya bagi kerusakan ginjal bila jumlahnya berlebihan dan menumpuk banyak di dalam darah. Pembatasan protein diutamakan bagi mereka yang menunjukkan laju filtrasi glomerulus (LFG) di bawah 60 (sindrom nefrotik).

2. Minum air putih yang cukup, disarankan 10 atau 2 liter per hari. Bagilah menjadi jatah pagi 2 gelas, pukul 11 siang 1 gelas, setelah makan siang 2 gelas, sore 2 gelas, dan sebelum tidur malam 1 gelas lagi.

3. Berolahraga secara teratur, namun jangan memaksa diri. Olahraga terbukti menolong mengurangi rasa lelah dan rasa sakit pada penderita gangguan ginjal. Lakukanlah dalam batas kewajaran yaitu selama 30 menit 3 kali dalam seminggu, misalnya jogging, berenang atau olahraga ringan lainnya.

4. Hidup dengan santai. Dukungan keluarga, para sahabat dan relasi dapat menolong pasien gangguan ginjal mengatasi stres akibat penyakitnya. Hal ini minimal bermanfaat untuk mengontrol tekanan darah yang berpengaruh langsung dalam memperburuk kondisi kerusakan ginjal.

5. Hindari konsumsi obat-obatan yang dapat membahayakan ginjal tanpa sepengetahuan dokter, misalnya obat pereda nyeri yang dijual bebas (OTC) yang mengandung ibuprofen atau herba yang tidak jelas kandungannya.

6. Obati penyakit yang bisa menurunkan fungsi ginjal seperti batu ginjal, hipertensi, diabetes, dan lupus.

7. Lakukan pemeriksaan kesehatan (medical check up) minimal 1 kali setahun untuk mereka yang berumur di bawah 40 tahun dan 2 kali setahun bila usia lebih dari 40 tahun.

Nah begitulah kira2 beberapa tips yang bisa kita pakai biar kita ga terlalu tersiksa karena ada gangguan ginjal di tubuh kita.

Tuesday 17 November 2009

Vitamin D Tekan Risiko Kanker Payudara


SUATU riset terbaru mengindikasikan bahwa peningkatan konsumsi vitamin D melalui asupan makanan dan paparan terhadap sinar matahari berkaitan dengan berkurangnya risiko kanker payudara.

Seperti dilaporkan American Journal of Epidemiology, Senin (20/10), pemberian vitamin D dapat menekan kehadiran hormon reseptor kanker, yakni reseptor estrogen (ER) dan reseptor progesteron (PR).

Hormon reseptor dapat dianalogikan sebagai telinga dalam sel payudara yang akan mendengarkan sinyal dari hormon. Ketika sinyal memerintahkan tumbuh, sel kanker akan berkembang pada sel payudara yang mengandung reseptor.

Kanker akan disebut ER-positive ( ER+ ) apabila penyebab berkembangnya adalah akibat adanya reseptor untuk hormone Estrogen. Sementara itu, bila penyebab berkembangnya adalah adanya reseptor untuk hormon progresteron, disebut PR-positive (PR+).

Riset yang mengaitkan asupan vitamin D dengan kehadiran hormon reseptor itu dilakukan oleh Blackmore KM dan rekannya dari Mount Sinai Hospital di Ontario, Kanada.

Riset dilakukan dengan cara membandingkan 758 penderita kanker payudara dan 1.135 partisipan kontrol yang tidak mengidap penyakit tersebut. Para peneliti menemukan bahwa partisipan yang asupan vitamin D-nya tinggi mengalami 26 persen penurunan risiko kanker payudara ER dan PR, dan 21 persen penurunan risiko tumor ER atau PR.

Studi tersebut juga mengindikasikan bahwa vitamin D berkaitan dengan pengurangan risiko kanker payudara tanpa mempedulikan apakah status tumornya ER atau PR.

Vitamin D ditemukan pada jenis makanan, seperti minyak ikan, makanan yang difortifikasi, seperti jus, sereal, dan susu, serta diperoleh dengan cara lain, seperti paparan terhadap sinar matahari.


Rokok Bisa Tingkatkan Risiko Katarak


KONDISI lensa mata sangat berpengaruh pada tajamnya penglihatan. Jika lensa mata keruh, gambar yang tertangkap tidak jelas. Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh, sehingga bayangan yang dihasilkan pada retina mata menjadi kabur.

Satu hal yang penting untuk diketahui adalah katarak bisa disembuhkan. Operasi adalah cara yang paling tepat untuk mengatasi katarak. Masalahnya, di Indonesia saat ini masih ada ketidakseimbangan antara jumlah penderita katarak dengan operasi katarak. "Sehingga banyak jumlah penderita katarak yang masih belum disembuhkan," kata dr Jusuf Wijaya SpM dari Rumah Sakit Royal Taruma, Jakarta Barat.

Gejala dan Penyebab

Proses katarak biasanya terjadi secara perlahan, sehingga orang yang mengalaminya sering mengeluhkan penurunan ketajaman penglihatannya. Gejala gangguan katarak pada umumnya meliputi penglihatan yang tidak jelas seperti adanya kabut yang menghalangi obyek, peka terhadap sinar matahari, terkadang penglihatan pada satu mata menjadi dua atau ganda, jika ingin membaca, si penderita harus membutuhkan cahaya yang terang dan lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu. "Perubahan tajam penglihatan menjadi kabur membuat orang yang mengalami gangguan itu sering mengganti ukuran kaca matanya," kata dr Jusuf.

Gangguan penglihatan pada penderita katarak tergantung pada letak kekeruhan lensa mata. Bila katarak terdapat pada pinggir lensa atau tidak terletak pada bagian tengah lensa, penderita tidak merasakan adanya gangguan penglihatan. "Jika kekeruhan terdapat pada bagian tengah lensa, tajam penglihatan akan terganggu," lanjutnya.

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeratif yang umumnya terjadi pada usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas. Akan tetapi katarak dapat pula terjadi pada bayi yang disebut dengan katarak kongelital karena sang ibu telah terinfeksi virus pada saat hamil muda. Katarak juga terjadi pada mereka yang mengalami miopia atau rabun jauh. Dan ini bisa terjadi pada usia yang lebih muda. "Hal itu dikarenakan proses degeratif yang terjadi pada lensa mata orang miopia lebih cepat terjadi," ungkapnya.

Katarak juga dapat disebabkan oleh adanya penyakit sistematis misalnya diabetes melitus (DM) atau kencing manis, penggunaan obat tertentu khususnya steroid dalam dosis tinggi dan jangka waktu yang panjang, mata yang terkena sinar matahari (UV) dalam waktu yang cukup lama tanpa adanya pelindung, terlalu sering merokok, dan mengonsumsi alkohol. "Katarak juga terjadi karena orang tersebut pernah melakukan operasi, trauma atau kecelakaan pada mata, dan bisa juga ignorance yaitu ketidakpedulian seseorang ketika mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan tidak ke dokter spesialis mata untuk memeriksakan matanya," jelasnya.

Pengobatan

Satu-satunya cara untuk mengatasi katarak adalah operasi. Itulah cara yang paling tepat. Dahulu, katarak baru dioperasi bila dikatakan sudah matang atau kekeruhan lensanya sudah penuh. Pada kondisi itu sudah barang tentu penderitanya telah mengalami kebutaan. Sekarang tidak lagi. Sejak katarak diketahui masih dini pun sudah bisa dioperasi. "Dengan begitu, penderita terhindar dari kebutaan yang sebenarnya bisa dicegah," tandasnya.

Sekarang ini, teknik operasi katarak sudah menggunakan alat modern yang disebut dengan phacaoemulsification. Dengan alat ini, dokter bisa melakukan penyerpian lensa pada mata orang yang mengalami katarak dan penyedotan serpian-serpian lensa tersebut. Sayatan yang dilakukan sangat minimal, yaitu sekitar 2 mm saja, sehingga hanya digunakan obat bius lokal (dalam bentuk obat tetes mata). Luka sayatannya pun tidak perlu dijahit. "Waktu operasi menjadi lebih singkat dan setelah operasi pasien dapat kembali beraktivitas seperti biasa," katanya.

Pada tahap operasi, lensa keruh dihancurkan dan dikeluarkan. Setelah itu dimasukkan lensa penggantinya atau Artifical Intraocular Lens (IOL). Saat ITU IOL telah mengalami perkembangan pesat. Dahulu, IOL yang biasa digunakan adalah jenis lensa standar nonaspheric. Kekurangannya itu dapat diperbaiki dengan adanya lensa aspheric yangn mempunyai sifat mengurangi bias sehingga kualitas penglihatan menjadi lebih baik," terangnya.

Selain itu juga ada pula lensa multifokal yang berfungsi untuk mengoreksi penglihatan jauh dan dekat, sehingga penderita setelah operasi diharapkan bebas dari kacamata. Ada pula lensa toric yang mampu mengoreksi mata silinder. "Pemilihan jenis lensa itu dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasien," tukasnya.

Pencegahan

Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya katarak, antara lain menghindari paparan sinar matahari atau sinar ultraviolet (UV) secara langsung dengan memakai kacamata gelap. Mengapa? Karena sinar ultraviolet dapat menyebabkan pembentukan katarak.

Cara lain ada mengonsumsi makanan dan minuman bergizi. Sayur-sayuran dan buah-buahan, seperti jeruk, mengandung vitamin C yang berfungsi sebagai antioksidan untuk melumpuhkan radikal bebas penyebab penuaan sel, sehingga berguna untuk mencegah katarak. "Anggur banyak mengandung proantosianidin dan lebih kuat dari vitamin C dan E. Proantossianidin bisa memperbaiki fungsi retina, terutama yang rusak akibat pendarahan pembuluh darah di mata dan ketidakseimbangan gula darah. Dan nanas banyak mengandung vitamin dan mineral misalnya vitamin C, B kompleks, betakaroten atau pro vitamin A," jelasnya.

Selain itu, ikan salmon dan tuna juga bisa membantu mencegah katarak. Dagingnya yang berwarna gelap kaya akan DHA (Docosahexaenoid Acid) dan mengandung asam lemak omega 3 yang berperan penting dalam pembentukan retina mata. "Dan bagi yang merokok, berhentilah merokok karena rokok memproduksi risiko bebas yang meningkatkan risiko katarak. Konsumsilah makanan bergizi yang seimbang," tandasnya.



Thursday 12 November 2009

Vaksin Meningitis Tetap Diberikan



Pemberian vaksin Meningitis kepada jemaah haji tahap kedua dilangsungkan di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Medan. Padahal, vaksinasi ini menuai pro kontra karena disebut-sebut mengandung enzim yang berunsur babi, namun vaksinasi ini tetap saja berlangsung di Klinik Bestari sejak 30 September – 17 Oktober 2009 mendatang. Bagaimana proses ini dilangsungkan? Berikut petikan wawancara bersama Dr. Rumondang, Kabid PMK, Dinas Kesehatan Medan bersama wartawan Sumut Pos, Adelina Savitri, kemarin.

Ada berapa jumlah vaksin yang akan disediakan pada proses vaksinasi tahap kedua ini?
Kami mempersiapkan sebanyak 2700-3000 vaksin Meningitis untuk para calon jemaah haji yang akan berangkat pada ibadah haji tahun ini.

Lalu berapa vaksin yang ditargetkan setiap harinya dalam proses ini?
Setidaknya ditargetkan antara 100-200 vaksin Meningitis yang diberikan kepada para calon jemaah haji setiap harinya di Klinik Bestari ini. Prosesnya berlangsung sejak pukul 10.00 -14.00 WIB. Pertama-tama, para calon jemaah haji yang datang ke klinik ini mendaftarkan diri, dengan membawa bukti kelengkapan haji. Diantaranya juga membawa bukti pemeriksaan kesehatan pertama yang dilakukan di Puskesmas, kemudian data diri pribadi jemaah haji. Setelah itu masuk ke ruangan poliklinik yang terbagi dua, yakni, poliklinik pria dan poliklinik perempuan.

Adakah persyaratan lainnya?
Di poliklinik tersebut, para jemaah haji akan diperiksa kesehatannya, termasuk melakukan wawancara riwayat kesehatannya. Bila dari hasil pemeriksaan kesehatan ditemukan kelainan-kelainan, maka calon jemaah haji tersebut akan melakukan pemeriksaan laboratorium, lalu dilakukan pengobatan, agar kesehatannya bagus. Setelah itu jemaah haji tersebut memasuki kamar suntikan yang tersedia. Disinilah vaksin diberikan, dimana satu seri suntikan vaksinasi Menginitis untuk satu calon jemaah haji.

Bagaimana dengan proses pemberian vaksinasi di tahap pertama?
Ketahui terlebih dahulu bahwa ada tiga bagian dalam proses pemberian vaksin Menginitis bagi calon jemaah haji ini. Pertama para calon jemaah haji melakukan pemeriksaan kesehatan di puskesmas-puskesmas yang ditunjuk. Setidaknya ada sebanyak 18 puskesmas yang terlibat dalam penatalaksanaan vaksinasi ini. Hal ini persisnya dilakukan 2-3 bulan lalu, berarti Mei-Juni 2009 lalu. Tahap kedua berlangsung hari ini, dalam kurun waktu 18 hari. Dimana, para calon jemaah haji tersebut disuntik vaksin meningitis. Baru pada tahap ketiga nanti akan dilakukan di Klinik Embaraski yang rencananya dilakukan pada Oktober atau November 2009 mendatang. Khusus di bagian ini, jemaah haji tidak diberi vaksin lagi, hanya melakukan pemeriksaan kesehatan akhir, apakah sudah layak untuk berangkat haji.

Apa kegunaan dari vaksin ini sebenarnya?
Vaksin ini untuk mencegah penyakit Meningitis Meningokokus, yakni penyakit radang selaput otak dan selaput sumsum tulang yang terjadi secara akut dan cepat menular. Umumnya meningitis disebabkan oleh infeksi virus, meski ada juga kasus yang disebabkan akibat infeksi bakteri,jamur, atau parasit. Meningitis akibat bakteri umumnya lebih serius dan bisa berakibat fatal dibandingkan dengan infeksi virus.

Bila dibandingkan tahun lalu, jumlah peserta jemaah haji yang melakukan vaksinasi ini?
Tahun lalu saja setidaknya tercatat ada sebanyak 3400 vaksin yang diberikan untuk 3400 jemaah haji pada 2008 lalu. Sedangkan pada 2009 ini, hanya ada sebanyak 2700-3000 vaksinasi yang disiapkan untuk peserta jemaah haji. Soal jenis kelamin pun, perserta jemaah haji perempuan yang terbanyak. Setidaknya secara persentase ada sekitar 60 persennya adalah perempuan.(*)


INFERTILITAS , KETAKUTAN SETIAP PASANGAN


JIKA BUAH HATI GA KUNJUNG HADIR…
Kehadiran buah hati adalah dambaan setiap pasutri. Jika si kecil tak kunjung dating,setiap pasangan harus segera memeriksakan diri,termasuk suami.


Infertilitas primer atau ketidak mampuan untuk hamil setelah 1 tahun menikah tanpa penggunaan kontrasepsi,terjadi pada 15% pasangan,beberapa diantaranya tidak memiliki riwayat medis yang mengarah pada kelainan system reproduksi.

Sekitar 30% dari pasangan infertile disebabkan oleh suami dan 20% disebabkan kelainan dari kedua belah pihak pasangan. Oleh karena itu factor dari suami berperan penting pada sekitar 50% pasangan infertile.

Ada beberapa penyebab terjadinya infertilitas pada pria :
@ Berkurangnya jumlah produksi sperma
@ Sumbatan pada system pengeluaran sperma
@ Terbentuknya antibodi terhadap sperma
@ Kerusakan pada testis
@ Gangguan produksi hormone
@ Terjadinya pembesaran pembuluh darah testis

Keadaan penyebab infertilitas tersebut dapat diketahui awalnya dengan cara melakukan pemeriksaan riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium.

Untuk pemeriksaan laboratorium antara lain :
1. Analisa Sperma
2. Urinalisis
3. LH
4. FSH
5. Prolaktin
6. Testosteron
7. Antibodi anti sperma

1. Analisa Sperma

Kehamilan terjadi karena adanya pertemuan antara sel telur dengan sperma. Oleh karena itu pemeriksaan terhadap sperma adalah bagian utama yang harus dilakukan. Pada pemeriksaan analisa sperma yang dievaluasi adalah jumlah, kualitas gerakan dan bentuk sperma.

Persiapan sebelum analisa sperma.
Tidak boleh mengalami ejakulasi baik melalui aktivitas seksual, masturbasi ataupun pengeluaran sperma pada saat mimpi dalam waktu 2-7 hari sebelum pemeriksaan karena akan mempengaruhi kwantitas dan kwalitas sperma.

2. Urinalisis

Pemeriksaan urin lengkap sangat membantu untuk mengevaluasi keadaan infertile pada pria.
Dengan pemeriksaan itu juga dapat dilihat apabila ada retrograde ejacuolation selain berguna untuk menduga adanya infeksi di prostate atau saluran kemih,kerusakan ginjal dan diabetes. Retrogade ejaculation adalah suatu keadaan dimana terjadi kelainan pada saluran keluarnya sperma, yang mengakibatkan sperma tidak keluar sebagaimana mestinya melainkan masuk dan keluar melalui saluran kemih.

3. Luteinizing Hormone (LH)

Fungsi LH pada Pria :
a. Merangsang testis untuk mensintesis hormone steroid
b. Merangsang produksi testosterone pada sel leydig
Peningkatan kadar LH :
- Gagal testis primer
- Seminiferous tubule dysgenesis ( Sindrom Klinefelter)
- Sertoli cell failure
Pengukuran kadar LH penting untuk :
- Evaluasi infertilitas
- Diagnosis gangguan gonad atau pituitary.

4. Follicle Stimulating Hormone (FSH)

Fungsi FSH pada pria :
- Merangsang aktivitas ditubulus seminiferus seperti : spermatogenesis, sintesis androgen binding protein(ABP), dan inhibin.
- Merangsang sekresi estrogen pada sel sertoli
- Memperkuat efek LH dalam merangsang sel leydig dengan menambah reseptor LH pada sel tersebut.

5. PROLAKTIN

Kadar prolaktin yang tinggi pada pria dapat menghambat/mempengaruhi sekresi hormone-hormon seks yang berakibat spermatogenesis terganggu atau impotensi.
Pemeriksaan prolaktin diperlukan pada keadaan :
- kurangnya libido
- impotensi
- pasien yang mengalami pengobatan akibat tumor pituitary (pembedahan/sinar)
6. Testosteron

Adalah hormone yang paling penting pada pria dihasilkan oleh sel leydig (testis)

Fungsi testosteron:
- Mempengaruhi perkembangan sifat-sifat seks sekunder pria.
- Memberikan feedback negative melalui pituitary dan hipotalamus,menghasilkan penurunan sekresi LH.
- Menjaga fungsi kelenjar prostate dan vesikel seminalis.

7. Antibodi Anti Sperma

Salah satu factor infertilitas yang disebabkan oleh pria adalah antibody terhadap sperma. Pada kasus infertilitas akibat adanya antibody anti sperma ini, awalnya adalah karena timbulnya antibody sperma pada laki-laki. Antibodi terhadap sperma ini merupakan fenomena autoimun, karena system imun membentuk antibody terhadap antigen tubuhnya sendiri yaitu sperma.

Antibodi ini dapat ditemukan dalam darah, plasma seminal maupun terikat pada permukaan sperma. Antibodi biasanya ditemukan pada beberapa pria denagn penyakit testicular dan penyakit autoimun spermatogenesis.



Thursday 5 November 2009

MAKANAN YANG AMAN BAGI PENDERITA MAAG

Jika Anda dinyatakan positif menderita sakit maag, sebaiknya kenali jenis-jenis makanan yang tidak mengganggu maag Anda. Kuncinya, makanlah dalam posrsi kecil dengan frekuensi yang sering. Dalam buku “50 Ways to Relieve Heartburn, Reflux, and Ulcers”, M. Sara Rosenthal menyarankan penderita maag untuk mempertimbangkan makanan yang dapat mengurangi serangan nyeri lambung, seperti kentang, pisang, brokoli, kol, dan bubur. Selain dapat menetralisir asam lambung, makanan tersebut juga dapat memberi rasa kenyang yang lebih lama.

Kentang adalah sumber karbohidrat yang baik dan mampu memberikan rasa kenyang yang cukup lama. Bubur kentang atau jus kentang yang bersifat basa di pagi hari bermanfaat untuk menetralisir asam lambung sebelum Anda menyantap makanan lain.

Pisang Masak adalah salah satu jenis buah-buahan yang mengandung kalium, selain melon, pepaya dan tomat. Kalium yang dikandung dalam buah-buahan tersebut bermanfaat menyeimbangkan pH (derajat keasaman) di dalam lambung. Pisang juga mampu memberi rasa kenyang sehingga amat baik dikonsumsi di antara waktu makan. Selain itu, pisang juga kaya akan potasium yang mampu menormalkan peningkatan tekanan darah akibat serangan stres.

Brokoli merupakan sumber kalium dan sulfur yang baik. Sulfur mampu berperan sebagai antioksidan pelindung lapisan dalam kulit lambung. Brokoli juga kaya akan vitamin C yang baik untuk memelihara stamina tubuh. Makanan lain yang mengandung sulfur adalah bawang merah dan bawang putih.

Bubur Ayam bagi penderita sakit maag akut sangat berguna untuk mencegah dan meringankan serangan rasa sakit. Sebaiknya hindari sate jeroan yang sulit dicerna, namun sebagai penambah rasa boleh ditambahkan telur rebus, kecap dan sedikit kerupuk.

Lidah Buaya bermanfaat meredakan panas dalam dan mempercepat penyembuhan luka. Kandungan saponinnya mempunyai kemampuan antiseptik, sedangkan kandungan antrakuinon dan kuinonnya berkhasiat sebagai antibiotik, penghilang rasa sakit dan merangsang pertumbuhan sel baru pada kulit. Selain itu, kandungan mukopolisakarida di dalam lidah buaya juga berguna untuk memulihkan radang, termasuk radang saluran pencernaan dan arthritis.

Kol, meski banyak dijauhi karena mengandung gas, banyak ahli kesehatan yang justru memanfaatkan kol untuk mengatasi penyakit maag. Menurut Dr. Michael T. Murray, ahli naturopati dari Bellevue Washington, kol mengandung asam amino glutamin yang dapat meningkatkan aliran darah ke perut, memberikan nutrisi bagi sel dalam lambung, membantu melindungi lapisan perut, dan mengobati luka pada saluran pencernaan. Mengenai konsumsi kol ini, sebaiknya konsultasikan dengan dokter Anda.

Permen Karet menurut Dr. David C. Metz, guru besar pengobatan divisi gastroenterologi University of Pennsylvania Health System di Philadelphia, aktivitas mengunyah bisa merangsang produksi air liur yang bersifat basa sehingga mampu menetralisir asam lambung. Selain itu, bertambahnya produksi air liur juga dapat meningkatkan upaya pembersihan lambung.

(Tips ini dimuat dalam rubrik Aktualita “Sakit Maag, Bukan Karena Stres Dan Terlalu Banyak Makan Pedas Saja”, Smart Living Edisi 18, April – Mei 2009)

Efek Rokok Lebih Berat pada Wanita

Kaum perempuan, ini saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal pada rokok. Meski merokok lebih sedikit dibanding pria, perempuan ternyata lebih rentan pada efek kerusakan paru akibat zat karsinogen yang terdapat dalam sebatang rokok.

Kesimpulan tersebut dibuat berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 700 pasien kanker paru. Para peneliti menemukan, meski wanita merokok secara kuantitas lebih sedikit dibanding pria, ternyata mereka cenderung berusia lebih muda saat didiagnosis terkena kanker paru.

Penelitian lain yang dilakukan para ahli dari Universitas Harvard, AS, dan Universitas Bergen di Norwegia terhadap 950 pria dan wanita yang menderita penyakit paru obstruktif kronik (COPD), penyakit akibat rokok, menemukan hasil yang hampir sama.

Diketahui, pasien COPD wanita umumnya berusia lebih muda ketika mereka didiagnosis memiliki penyakit tersebut, dan mereka merokok lebih sedikit dibanding pria. "Wanita lebih rentan terhadap efek kerusakan paru-paru akibat rokok," kata dr Inga-Cecilie Soerheim, peneliti tamu di Harvard yang hasil penelitiannya dipresentasikan dalam pertemuan tahunan American Thoraric Society's.

Tipe kanker paru-paru berbeda

Fakta dari sejumlah penelitian dalam 20 tahun lalu telah menyatakan bahwa perokok wanita lebih rentan terkena kanker paru-paru dibanding perokok pria.

Soerheim dan rekannya, dr Dawn L DeMeo, asisten profesor obat-obatan pada Sekolah Harvard Medical dan Brigham dan Rumah Sakit Wanita di Boston, menemukan bahwa pada tahun 2000, angka kematian wanita terhadap COPD melebihi pria, meski para peneliti belum mengetahui alasannya.

Namun, dr Michael Thun, mantan Direktur Penelitian Epidemiologi di American Cancer Society, tidak menerima secara cepat teori tesebut. “Bukti sebenarnya menunjukkan bahwa wanita dan pria sama-sama berisiko terkena kanker paru-paru, dengan atau tanpa merokok,” katanya.

Namun, Thun menambahkan, tipe kanker paru-paru mereka berbeda, mengacu pada daerah paru-paru yang memiliki kemungkinan bahwa kanker terjadi pada wanita dan pria.

Terkait dengan penelitian baru COPD, yang menyatakan wanita lebih rentan, Thun berpendapat, ada faktor lain yang memicu, seperti harapan hidup wanita yang lebih lama. Selain itu, fokus pada kemungkinan perbedaan jender mungkin dilupakan. Sebaliknya, ia menekankan agar ahli kesehatan dan masyarakat umum perlu fokus jika merokok adalah kontribusi terbesar pada kanker paru-paru dan COPD.

“Jika mereka berhenti merokok sebelum berusia 50 tahun, maka sebagian besar risiko tersebut bisa dihindari,” ujarnya, mengutip penelitian yang sudah dipublikasikan. Kemudian ketika mereka berhenti, wanita dan pria dapat mencari cara lain untuk mengurangi risiko terhadap kanker paru-paru, seperti menghindari asap rokok.

Menurut American Cancer Society, kanker paru-paru menjadi penyebab tertinggi terhadap kematian pria dan wanita di Amerika Serikat. Lebih banyak orang yang meninggal akibat kanker paru-paru dibanding dengan kanker kolon, serta kombinasi kanker payudara dan prostat.

Lembaga ini memperkirakan, lebih dari 219.000 kasus baru kanker paru-paru akan terdiagnosis tahun ini, dan 159.390 orang akan meninggal akibat penyakit tersebut.


Sumber : kompas.com

Bayam Jepang, Antipenuaan dan Tangkal Kanker

width='100'
Bayam berasal dari Amerika dan Selandia Baru. Di Eropa dan Australia, awalnya bayam adalah tanaman hias. Baru ditahun 1960-an penduduk Australia mulai melirik bayam sebagai bahan makanan.

Dua jenis bayam yang dikenal di Indonesia adalah bayam cabut/bayam sekul/bayam putih dan bayam tahun/bayam skop/bayam kakap. Bayam cabut disukai karena enak, lunak, memberikan rasa dingin di perut, dan melancarkan pembuangan kotoran. Bayam tahun memiliki ciri utama daun lebar.

Jenis bayam yang kini mulai dikenal adalah spinacia, yang hanya dimakan daunnya. Contoh spinacia adalah bayam Jepang atau lebih dikenal dengan sebutan "horenso." Bayam ini kini dapat ditemukan di berbagai supermarket di Indonesia. Pembudidayaan bayam ini umumnya dilakukan secara organik.

Seperti bayam umumnya, bayam Jepang kaya zat gizi. Zat gizi yang terkandung pada bayam adalah vitamin dan mineral. Vitamin yang banyak terkandung dalam bayam Jepang adalah vitamin K, A, C, B1, B2, B6, asam folat, dan vitamin E. Secangkir bayam rebus merupakan sumber mineral mangan, magnesium, besi, kalsium, kalium, tembaga, fosfor, dan seng.

Bayam merupakan sumber vitamin K yang baik. Vitamin ini berperan besar dalam pengaktifan banyak jenis protein yang terlibat dalam proses pembekuan darah. Vitamin K juga turut berperan dalam banyak proses yang terjadi pada tubuh.

Riset-riset terbaru menunjukkan vitamin K berperan sebagai antipenuaan yang lebih efektif dibandingkan dengan vitamin E. Vitamin K juga berperan dalam mencegah penyakit jantung dan stroke, karena dapat mengurangi pengerasan pembuluh darah oleh timbunan plak kalsium.

Beberapa penelitian juga menunjukkan vitamin K dapat bertindak sebagai racun dalam sel-sel kanker, tetapi tidak membahayakan sel-sel yang sehat. Fungsi lain yang turut dilaporkan adalah dalam mencegah penyakit alzheimer, pengontrolan kadar gula darah, serta mencegah sitokin, pembawa pesan yang berperan dalam menyebabkan pembengkakan pada sambungan tulang saat penuaan terjadi.

Sayuran ini juga merupakan sumber vitamin A yang sangat baik. Selain berguna untuk organ penglihatan di malam hari, vitamin A juga bermanfaat untuk kekebalan tubuh, pembentukan serta pemeliharaan sel-sel kulit, saluran pencernaan, dan selaput kulit.

Bayam merupakan sumber zat besi yang baik, sehingga diperlukan oleh wanita, terutama pada saat menstruasi untuk mengganti darah yang hilang. Zat besi merupakan komponen yang penting dalam hemoglobin. Bagi anak-anak di masa pertumbuhan bayam sangat baik, apalagi yang menderita anemia.

Sumber : kompas.com

Bahayanya Mengkonsumsi Makanan yang banyak mengandung Serat dalam jumlah yang banyak

Serat diketahui memiliki manfaat yang bagus bagi tubuh. Tapi penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa konsumsi serat yang terlalu banyak bisa menurunkan kadar estrogen dan beberapa hormon reproduksi lainnya.

Peneliti menemukan dari sekitar 250 perempuan berusia 18 sampai 44 tahun, didapatkan perempuan yang mengonsumsi serat berlebih memiliki kadar estrogen dan beberapa hormon reproduksi lainnya seperti progesteron, hormon luteinizing dan follicle-stimulating hormone yang lebih rendah.

Asupan serat yang tinggi terutama dari buah-buahan juga dikaitkan dengan risiko tinggi memiliki siklus menstruasi anovulatori, dimana ovarium gagal melepaskan sel telur. Penemuan ini telah dilaporkan dalam American Journal of Clinical Nutrition. Hasil ini bukan berarti mengonsumsi serat itu buruk, tapi jumlahnya saja yang harus diperhatikan.

Mengonsumsi makanan serat tinggi memang memiliki banyak manfaat, termasuk menurunkan risiko penyakit jantung, diabetes, kanker usus besar dan kanker payudara. Para ahli menyarankan bagi orang dewasa agar mendapatkan serat sebanyak 20 sampai 35 gram setiap harinya, tapi jumlah ini tergantung dari asupan kalori masing-masing orang.

Anovulatori dapat disebabkan oleh beberapa hal termasuk olahraga berlebihan, terlalu sedikit atau banyak lemak tubuh, disfungsi kelenjar tiroid dan polycystic ovarian syndrome yaitu gangguan hormon yang merupakan penyebab umum ketidaksuburan. Perempuan yang tidak berovulasi teratur biasanya memiliki periode menstruasi tidak teratur atau tidak sama sekali.

Semua perempuan yang ikut dalam studi ini dalam keadaan sehat dan memiliki periode menstruasi teratur. Namun, dilaporkan memiliki asupan serat yang lebih tinggi dari apa yang direkomendasikan dan lebih cenderung memiliki minimal satu siklus anovulatoir lebih dari dua bulan. Para peneliti mengukur anovulasi dengan mengukur reproduksi perempuan-kadar hormon lebih dari dua periode menstruasi.

Ketika para peneliti memperhitungkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi ovulasi termasuk berat badan, ras, tingkat olahraga dan asupan kalori. Didapatkan asupan serat yang tinggi terhubung sekitar 10 kali lebih tinggi berisiko anovulatori.

"Diet serat yang tinggi akan menurunkan aktivitas enzim susu tertentu yang menyebabkan sedikit saja hormon estrogen diserap kembali oleh usus besar. Selain itu serat juga membuat lebih banyak estrogen yang terbuang melalui feses," ujar J. Gaskins dari National Institute of Child Health and Human Development di Rockville, Maryland, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (4/11/2009).

Namun sebelum dibuat menjadi rekomendasi secara umum, harus dilakukan beberapa penelitian lagi agar terdapat banyak bukti yang menunjukkan hal tersebut.

Sumber : health.detik.com

Metformin

Deskripsi
- Nama & Struktur Kimia : N,N-dimethylimidodicarbonimidic diamide
- Sifat Fisikokimia : Metformin umumnya terdapat dalam bentuk metformin hidroklorida, merupakan kristal putih atau putih tulang (off-white) dengan BM 165,63. Metformin hidroklorida sangat mudah larut dalam air, dan praktis tidak larut dalam aseton, eter ataupun kloroform. pKa metformin = 12,4 dan pH larutan 1% metformin hidroklorida = 6,68
- Keterangan : -

Golongan/Kelas Terapi
Hormon, obat Endokrin Lain dan Kontraseptik

Nama Dagang
- Benoformin - Bestab - Diabex - Eraphage
- Forbetes - Formell - Glucophage - Glucotika
- Gludepatic - Glufor - Glumin - Methpica
- Metphar - Neodipar - Rodiamet - Tudiab
- Zendiab - Zumamet - Metformin (Generic)

Indikasi

Diabetes Melitus Tipe II yang gagal dikendalikan dengan diet dan OHO golongan sulfonilurea, terutama pada pasien yang gemuk

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

Sebagaimana aturan umum pemberian OHO, harus dimulai dari dosis rendah, dan ditingkatkan sesuai respon terhadap terapi. Untuk metformin dalam bentuk tablet, dosis awal dimulai dari 2 kali sehari @ 250-500 mg diberikan pada saat sarapan/makan, sedangkan untuk tablet lepas lambat (Ss) 500 mg per hari diberikan satu kali sehari pada saat makan malam. Untuk metformin dalam bentuk tablet dosis yang dianjurkan 250-500 mg tiap 8 jam atau 850 mg tiap 12 jam bersama/sesaat sesudah makan. Dosis maksimal yang dianjurkan untuk anak-anak 2000 mg perhari, untuk orang dewasa 2550 mg perhari, namun bila diperlukan dapat ditingkatkan sampai maksimal 3000 mg per hari. Untuk metformin dalam bentuk tablet lepas lambat, dosis maksimal yang dianjurkan 2000 mg per hari. Tablet lepas lambat harus ditelan utuh, jangan dihancurkan atau dikunyah. Konsumsi metformin dianjurkan bersama atau sesaat sesudah sarapan, untuk mengurang efek samping mual, muntah, diare dan gangguan pencernaan lainnya.

Farmakologi

Satu-satunya golongan biguanida yang masih dipergunakan sebagai obat antidiabetes oral. Metformin dapat digunakan bersama dengan insulin atau senyawa sulfonilurea lainnya. Sebagian besar penderita diabetes yang gagal diobati dengan sulfonilurea umumnya dapat ditolong dengan biguanida. Antidiabetik oral golongan biguanida mempunyai mekanisme kerja yang berbeda dengan golongan sulfonilurea. Obat-obat ini bekerja menurunkan kadar glukosa darah tidak melalui perangsangan sekresi insulin, melainkan langsung pada hati (hepar), yaitu menurunkan produksi glukosa hati dengan jalan menurunkan kecepatan glikogenolisis dan glukoneogenesis. Disamping itu, metformin juga meningkatkan sensivitas sel-sel tubuh terhadap insulin dengan jalan memperbaiki transport dan meningkatkan penggunaan glukose sel-sel otot dan ekstrahepatik lainnya. Metformin dapat memperbaiki uptake glukosa sampai sebesar 10-40%. Metformin tidak merangsang sekresi insulin, oleh sebab itu hanya efektif bila terdapat insulin endogen. Karena tidak merangsang sekresi insulin, senyawa-senyawa biguanida hampir tidak pernah menyebabkan hipoglikemia. Pada orang non-diabetik, pemberian senyawa biguanida tidak menurunkan kadar glukosa darah. Kelebihan metformin dari OHO sulfonilurea adalah tidak menaikkan berat badan, tidak menimbulkan masalah hipoglikemia dan hiperinsulinemia. Penyerapan OH biguanida di usus cukup baik. Ketersediaan hayati absolut pada pemberian 500 mg metformin per oral pada kondisi puasa sekitar 50-60%, dan absorpsi akan berkurang dengan meningkatnya dosis yang diberikan. Makanan dapat menurunkan absorpsi dan memperpanjang waktu absorpsi (konsentrasi puncak dalam plasma menurun sekitar 40%, dan waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi puncak bertambah panjang sekitar 35 menit). Berbeda dengan OHO sulfonilurea yang sebagian besar terikat pada protein plasma, metformin hampir tidak ada yang terikat pada protein plasma. Metformin terpartisi ke dalam sel-sel darah merah. Pada pemberian dosis terapi normal, Konsentrasi plasma steady state metformin tercapai dalam 24-48 jam dan umumnya <1 m g/mL, dengan konsentrasi plasma maksimum tidak lebih dari 5 m g/mL, bahkan pada dosis maksimum. Metformin diekskresikan melalui urin dalam bentuk asal (tak berubah). Renal clearance lebih kurang 3,5 kali lebih besar dari pada creatinine clearance, menunjukkan bahwa sekresi tubular merupakan jalan utama eliminasi metformin. Setelah pemberian per oral, sekitar 90% metformin yang terabsorpsi akan dieliminasi melalui ginjal dalam waktu 24 jam. Waktu paruh eliminasi plasma sekitar 6,2 jam, namun waktu paruh eliminasi darah sekitar 17,6 jamginjal dalam waktu 24 jam. Waktu paruh eliminasi plasma sekitar 6,2 jam, namun waktu paruh eliminasi darah sekitar 17,6 jam. Hal ini menunjukkan bahwa massa sel-sel darah merah kemungkinan besar merupakan kompartemen distribusi metformin

Stabilitas Penyimpanan

Simpan pada suhu 20-25°C

Kontraindikasi

Gangguan fungsi ginjal atau hati, Predisposisi asidosis laktat, Gagal jantung, Infeksi atau trauma berat, Dehidrasi, Alkoholisme, Hamil atau menyusui.

Efek Samping

Gangguan pencernaan, antara lain mual, muntah, diare ringan. Anoreksia. Asidosis laktat, terutama terjadi pada penderita gangguan ginjal dan/atau hati, atau pada peminum alkohol. Gangguan penyerapan vitamin B12

Interaksi


- Dengan Obat Lain :

Alkohol: dapat menambah efek hipoglikemik, risiko asidosis laktat

Antagonis kalsium: misalnya nifedipin kadang-kadang mengganggu toleransi glukosa

Antagonis Hormon: aminoglutetimid dapat mempercepat metabolisme OHO; oktreotid dapat menurunkan kebutuhan insulin dan OHO

Antihipertensi diazoksid: melawan efek hipoglikemik

Antidepresan (inhibitor MAO): meningkatkan efek hipoglikemik

Antihistamin: pada pemakaian bersama biguanida akan menurunkan jumlah trombosit

Anti ulkus: simetidin menghambat ekskresi renal metformin, sehingga menaikkan kadar plasma metformin

Hormon steroid: estrogen dan progesterone (kontrasepsi oral) antagonis efek hipoglikemia

Klofibrat: dapat memperbaiki toleransi glukosa dan mempunyai efek aditif terhadap OHO

Penyekat adrenoreseptor beta : meningkatkan efek hipoglikemik dan menutupi gejala peringatan, misalnya tremor

Penghambat ACE: dapat menambah efek hipoglikemik

- Dengan Makanan : Makanan dapat menurunkan absorpsi dan memperpanjang waktu absorpsi metformin


Pengaruh


- Terhadap Kehamilan : Faktor risiko kehamilan FDA : Katagori B. Tidak disarankan untuk wanita hamil


- Terhadap Ibu Menyusui : Metformin dapat masuk ke dalam air susu ibu. Oleh sebab itu tidak boleh diberikan pada ibu menyusui


- Terhadap Anak-anak : Tidak dianjurkan untuk diberikan pada anak-anak di bawah usia 10 tahun


- Terhadap Hasil Laboratorium : -


Parameter Monitoring

Kadar glukosa darah puasa : 80–120mg/dl

Kadar hemoglobin A1c : <100mg/dl

Gejala hipoglikemia

Bentuk Sediaan

Tablet 500 mg dan 850 mg, Tablet Ss (Tablet Lepas Lambat) 500 mg dan 850 mg

Peringatan

-

Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus

-

Informasi Pasien

Jangan konsumsi obat lain tanpa seizin dokter atau apoteker

Obat ini hanya berperan sebagai pengendali diabetes, bukan penyembuh

Obat ini hanya faktor pendukung dalam pengelolaan diabetes, faktor utamanya adalah pengendalian diet (pola makan) dan olah raga

Konsumsi obat sesuai dosis dan aturan pakai yang diberikan dokter

Monitor kadar glukosa darah sebagaimana yang dianjurkan oleh dokter

Jika Anda merasakan gejala-gejala hipoglikemia (pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam (pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung meningkat, segera hubungi dokter

Laporkan pada dokter jika Anda berencana untuk hamil

Obat ini tidak boleh dikonsumsi semasa hamil atau menyusui, kecuali sudah diizinkan oleh dokter

Mekanisme Aksi

Antidiabetik oral golongan biguanida mempunyai mekanisme kerja yang berbeda dengan golongan sulfonilurea. Obat-obat ini bekerja tidak melalui perangsangan sekresi insulin, melainkan langsung pada hati (hepar), yaitu menurunkan produksiglukosa hati dengan jalan mengurangi glikogenolisis dan glukoneogenesis. Disamping itu, metformin juga meningkatkan sensitivitas sel-sel tubuh terhadap insulin dengan jalan memperbaiki transport dan meningkatkan penggunaan glukosa oleh sel-sel otot dan ekstrahepatik lainnya.

Monitoring Penggunaan Obat

-

Daftar Pustaka

Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 2000

Handoko dan Suharto. Insulin, Glukagon dan Antidiabetik Oral. Dalam: Farmakologi dan Terapi edisi 4, 2004. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Soegondo S. Prinsip Pengobatan Diabetes, Insulin dan Obat Hipoglikemik Oral. Dalam: Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2004

Glucophage, Rx List The Internet Drug Index @ www.rxlist.com/cgi/generic/metformi_cp.html

Tips Membedakan Madu Asli dengan Madu Palsu

Hi semua ..aku ada tips menarik ni bagi lu-lu pade yang demen ma madu.yups..betul tips membedakan madu yang asli dengan madu yang palsu...ok broo langsung aza kita ke TKP.
Begini caranya:

1. Teteskan Madu dan Air pada piring beling putih. Maka sebelum madu itu bercampur dengan air akan membentuk segi enam atau sarang. Ketika Air digoyang ke kiri dan kekanan semakin lama bentuk segi enam itu berarti semakin baik nutrisi yang terkandung dalam madu tersebut alias madu asli. Namun jika bentuk segi enam itu cepat memudar, maka jelaslah itu madu campuran.

2. Tidak Beku walau disimpan dalam freezer kulkas berbulan-bulan.

3. Kadar air dalam madu asli biasanya di bawah 20%, bahkan lebih bagus lagi jika kadar airnya sekitar 15%. Namun demikian, madu asli pun jika dipanen saat musim hujan, maka banyak mengandung air hujan dan mudah membeku jika dimasukkan ke dalam freezer.

Anda bisa memastikan kemurnian madu, dengan cara:

a. Minta garansi dari penjual dan belilah di tempat yang bisa dipercaya

b. Jangan tergiur pada kemasan dan harga murah

c. Biasanya madu murni berkualitas tinggi, harganya lebih mahal dari madu campuran atau madu berkualitas rendah.

Friday 16 October 2009

DAMPAK TERAPI ESTROGEN PADA WANITA MENOPAUSE


Di Amerika Serikat lebih banyak wanita meninggal karena penyakit jantung dibandingkan karena kanker. Dan penyakit jantung ini lebih berisiko bagi wanita yang telah mengalami menopause (berhenti menstruasi). Pada saat menopause, hormon estrogen menurun tajam dan peluang menderita penyakit jantung semakin meningkat. Mekanisme estrogen di dalam melindungi jantung adalah karena efek proteksi yang ditimbulkannya. Dalam publikasinya Heart Fitness for Life Mary P McGowan MD menuliskan bahwa estrogen akan meningkatkan kolesterol HDL (baik) dan menurunkan kolesterol LDL (jahat). Kolesterol LDL ini akan menimbulkan plak di dalam darah tetapi dengan kehadiran HDL yang tinggi yang berperan sebagai tukang sapu maka plak-plak yang mulai menempel akan dibersihkan.
Pada kasus-kasus penyakit jantung di Indonesia, ternyata lebih banyak orang menderita penyakit jantung karena kolesterol HDL yang rendah dan bukan karena LDL-nya yang tinggi. Oleh karena itu upaya-upaya peningkatan HDL harus dilakukan secara tepat sehingga dapat menekan risiko munculnya penyakit jantung koroner. Gaya hidup yang dapat menurunkan HDL adalah kebiasaan merokok.


Setiap kali kita menyalakan rokok, maka denyut jantung bertambah, kemampuan jantung membawa oksigen berkurang, HDL turun, dan menyebabkan pengaktifan platelet yaitu sel-sel penggumpal darah. Orang seringkali tidak mau berhenti merokok karena beralasan takut gemuk. Jadi alternatif mereka adalah ngemil sebagai pengganti rokok, dan akhirnya berat badan bertambah. Namun mereka tidak menyadari bahwa risiko penyakit jantung akibat merokok setara dengan 100 pon kelebihan berat badan.


Di Amerika Serikat pada dekade tahun 1960an terdapat 34% wanita perokok, dan pada dekade tahun 1990an angka ini sudah turun menjadi 25%. Tidak diketahui berapa persen wanita Indonesia yang menjadi perokok. Tanpa menjadi perokokpun wanita sudah bersiko untuk menderita penyakit jantung yaitu ketika berhenti menstruasi.

Adanya hormon estrogen pada wanita yang masih aktif menstruasi akan menekan Lp(a) atau lipoprotein(a). Kadar Lp(a) rata-rata adalah 2 mg/dl, dan apabila Lp(a) meningkat sampai 20-30 mg/dl maka akan muncul risiko penyakit jantung koroner. Lp(a) ini berperan sebagai penggumpal yang kemudian bersama-sama plak yang ada dalam pembuluh arteri akan menyumbat aliran darah sehingga muncul serangan jantung. Sampai saat ini belum diketahui peranan diet atau olahraga terhadap kadar Lp(a), terapi yang telah dikenal bermanfaat untuk menurunkan level Lp(a) adalah pemberian estrogen dan niacin.


Estrogen sebenarnya bukan sekedar hormon pada wanita, karena diketahui bahwa estrogen juga dapat menjalankan fungsi sebagai antioksidan. Kolesterol LDL lebih mudah menembus plak di dalam dinding nadi pembuluh darah apabila dalam kondisi teroksidasi. Peranan estrogen sebagai antioksidan adalah mencegah proses oksidasi LDL sehingga kemampuan LDL untuk menembus plak akan berkurang. Peranan estrogen yang lain adalah sebagai pelebar pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menjadi lancar dan jantung memperoleh suplai oksigen secara cukup.


Dengan berkurangnya estrogen pada saat menopause maka tubuh wanita menjadi rentan terhadap risiko penyakit jantung. Terapi estrogen (Estrogen Replacement Therapy) bertujuan agar hormon estrogen yang semakin berkurang ini dapat terisi kembali. Pada umumnya payudara wanita yang mengalami terapi estrogen akan menjadi lembek, selain itu juga muncul gejala-gejala mual, lemah dan pusing. Namun demikian, kebanyakan efek samping ini akan hilang setelah beberapa minggu terapi.


Dalam penelitian Postmenopausal Estrogen Progesterone Intervention diketahui bahwa kelompok wanita yang mendapat placebo (kontrol) dan kelompok terapi hormon, pada akhir penelitian yang berlangsung selama 3 tahun, mempunyai berat badan yang sama. Ini membuktikan, kekhawatiran bahwa terapi hormon akan meningkatkan berat badan tidak terbukti. Adalah wajar bahwa seiring dengan bertambahnya usia, wanita cenderung akan meningkat berat badannya dan ini sebenarnya dapat diatasi dengan diet dan olahraga.


Penggunaan terapi estrogen selama 5-10 tahun tidak akan menyebabkan kanker payudara. Di Amerika kanker payudara ini membunuh 45.000 wanita setiap tahun, oleh karena itu kaum wanita mesti berhati-hati dalam menghadapi setiap risiko yang akan meningkatkan terjadinya kanker payudara. Wanita-wanita pengguna terapi estrogen jangka lama (>5-10 tahun) risikonya untuk terkena kanker payudara meningkat tipis. Namun sebenarnya mereka mempunyai kesempatan untuk melakukan deteksi dini atas munculnya kanker payudara ini.


Sebagaimana diketahui bahwa wanita menopause juga cenderung mengalami osteoporosis (tulang rapuh). Jumlah wanita yang meninggal akibat komplikasi retak pinggul akibat osteoporosis ternyata lebih besar dibandingkan mereka yang meninggal akibat kanker. Dengan terapi estrogen maka risiko osteoporosis dapat ditekan. Dampak positip pemakaian terapi estrogen bagi wanita adalah pola tidur menjadi lebih baik, suasana batin lebih tenang, dan dapat memperbaiki hubungan seksual suami-istri.


Apabila seorang wanita pada awalnya mempunyai kadar trigliserida darah tinggi (250 mg/dl) maka pemakaian terapi estrogen (pil) dapat merangsang peningkatan trigliserida. Terdapat keterkaitan metabolisme antara trigliserida dengan kolesterol HDL (baik). Apabila trigliserida tinggi maka HDL cenderung turun. Oleh karena itu sebelum menjalani terapi estrogen disarankan melakukan pemeriksaan profil lipid darah.

Telah diketahui bahwa untuk meningkatkan HDL diperlukan latihan olahraga yang teratur. Apabila dalam seminggu kita mampu membakar energi 800-1000 Kalori melalui olahraga atau aktivitas fisik lainnya maka HDL kita akan meningkat 4,4 mg/dl.


Ada indikasi bahwa wanita tidak memberikan respon secepat seperti pada pria dalam peningkatan HDL melalui olahraga. Oleh karena itu kontinuitas dan kesabaran kaum wanita benar-benar diuji ketika mereka mulai melaksanakan program latihan untuk meningkatkan HDL.

Menopause adalah kejadian alami yang harus dilalui oleh setiap wanita. Namun setiap wanita menghadapinya dengan beragam emosi, ada yang tenang-tenang saja dan ada pula yang gelisah. Gelisah karena khawatir tidak bisa lagi menjalankan tugasnya sebagai istri untuk membahagiakan suami. Sementara suami pada usia 45-55 tahun semakin bertambah gaya penampilannya karena ekonomi yang semakin mapan. Jadilah istri yang menghadapi menopause bertambah stres.


Bagi wanita muda penderita kanker payudara yang telah menjalani kemoterapi, menopause mungkin datang lebih awal dan lebih mendadak. Hal ini disebabkan oleh berhentinya fungsi ovarium untuk menghasilkan estrogen. Apakah wanita-wanita ini masih boleh menggunakan terapi estrogen?


Kekhawatiran utama adalah bahwa wanita muda penderita kanker ini mungkin terpaksa harus menjalani terapi estrogen lebih lama, dan secara teoritis penggunaan terapi estrogen jangka panjang akan memunculkan risiko kambuhnya kanker yang pernah diidapnya. Terapi estrogen akan meningkatkan kepadatan jaringan payudara dan ini juga akan menyulitkan deteksi kanker.


Namun demikian manfaat terapi estrogen itu sendiri telah diakui yaitu menurunkan risiko penyakit jantung, menurunkan risiko osteoporosis, dan mungkin menurunkan penyakit Alzheimer. Pada tahun 1993 National Education Cholesterol Program di AS mengakui pentingnya peranan terapi estrogen di dalam memperbaiki profil lipid (kolesterol) dan memperkecil risiko penyakit jantung. Mereka merekomendasikan terapi estrogen bagi wanita yang telah mengalami menopause yang level kolesterolnya tidak dapat dinormalkan sepenuhnya dengan diet dan olahraga.


Dianjurkan pada wanita-wanita menopause untuk melakukan pemeriksaan kolesterol, dan bila profilnya kurang baik segera lakukan modifikasi diet, gaya hidup dan olahraga. Bila hal ini juga tidak membantu konsultasikan pada ahli kesehatan untuk mendapatkan obat atau menjalani terapi estrogen.

Saturday 5 September 2009

Kegunaan Hormon Oksitosin

Hi broo...kali ini kita mo membicarakan tentang hormon oksitosin.Apakah hormon oksitosin itu,apa kegunaannya...trus seberapa pentingkah hormon tersebut pada ibu yang mo melahirkan ..langsung aza kita ke TKP...

Pengertian Oksitosin

Oksitosin adalah suatu hormon yang diproduksi di hipotalamus dan diangkut lewat aliran aksoplasmik ke hipofisis posterior yang jika mendapatkan stimulasi yang tepat hormon ini akan dilepas kedalam darah. Hormon ini di beri nama oksitosin berdasarkan efek fisiologisnya yakni percepatan proses persalinan dengan merangsang kontraksi otot polos uterus. Peranan fisiologik lain yang dimiliki oleh hormon ini adalah meningkatkan ejeksi ASI dari kelenjar mammae.

Bagaimana Oksitosin dikeluarkan ?

Impuls neural yang terbentuk dari perangsangan papilla mammae merupakan stimulus primer bagi pelepasan oksitosin sedangkan distensi vagina dan uterus merupakan stimulus sekunder. Estrogen akan merangsang produksi oksitosin sedangkan progesterone sebaliknya akan menghambat produksi oksitosin. Selain di hipotalamus, oksitosin juga disintesis di kelenjar gonad, plasenta dan uterus mulai sejak kehamilan 32 minggu dan seterusnya. Konsentrasi oksitosin dan juga aktivitas uterus akan meningkat pada malam hari.

Pelepasan oksitosin endogenus ditingkatkan oleh:

a. Persalinan

b. Stimulasi serviks, vagina dan payudara

c. Estrogen yang beredar dalam darah

d. Peningkatan osmolalitas/konsentrasi plasma

e. Volume cairan yang rendah dalam sirkulasi darah

f. Stress, stress yang disebabkan oleh tangisan bayi akan menstimulasi pengeluaran ASI

Pelepasan oksitosin disupresi oleh:

a. Alkohol

b. Relaksin

c. Penurunan osmolalitas/konsentrasi plasma

d. Volume cairan yang tinggi dalam sirkulasi darah

Bagaimana Mekanisme Kerja Oksitosin ?

Pada otot polos uterus. Mekanisme kerja dari oksitosin belum diketahui pasti, hormon ini akan menyebabkan kontraksi otot polos uterus sehingga digunakan dalam dosis farmakologik untuk menginduksi persalinan. Sebelum bayi lahir pada proses persalinan yang timbul spontan ternyata rahim sangat peka terhadap oksitosin Dengan dosis beberapa miliunit permenit intra vena, rahim yang hamil sudah berkontraksi demikian kuat sehingga seakan-akan dapat membunuh janin yang ada didalamnya atau merobek rahim itu sendiri atau kedua-duanya.

Kehamilan akan berlangsung dengan jumlah hari yang sudah ditentukan untuk masing-masing spesies tetapi faktor yang menyebabkan berakhirnya suatu kehamilan masih belum diketahui. Pengaruh hormonal memang dicurigai tetapi masih belum terbukti. Estrogen dan progesterone merupakan factor yang dicurigai mengingat kedua hormon ini mempengaruhi kontraktilitas uterus. Juga terdapat bukti bahwa katekolamin turut terlibat dalam proses induksi persalinan.

Karena oksitosin merangsang kontraktilitas uterus maka hormon ini digunakan untuk memperlancar persalinan, tetapi tidak akan memulai persalinan kecuali kehamilan sudah aterm. Didalam uterus terdapat reseptor oksitosin 100 kali lebih banyak pada kehamilan aterm dibandingkan dengan kehamilan awal. Jumlah estrogen yang meningkat pada kehamilan aterm dapat memperbesar jumlah reseptor oksitosin. Begitu proses persalinan dimulai serviks akan berdilatasi sehinga memulai refleks neural yang menstimulasi pelepasan oksitosin dan kontraksi uterus selanjutnya. Faktor mekanik seperti jumlah regangan atau gaya yang terjadi pada otot, mungkin merupakan hal penting.

Pengertian Oksitosin

Oksitosin adalah suatu hormon yang diproduksi di hipotalamus dan diangkut lewat aliran aksoplasmik ke hipofisis posterior yang jika mendapatkan stimulasi yang tepat hormon ini akan dilepas kedalam darah. Hormon ini di beri nama oksitosin berdasarkan efek fisiologisnya yakni percepatan proses persalinan dengan merangsang kontraksi otot polos uterus. Peranan fisiologik lain yang dimiliki oleh hormon ini adalah meningkatkan ejeksi ASI dari kelenjar mammae.

Bagaimana Oksitosin dikeluarkan ?

Impuls neural yang terbentuk dari perangsangan papilla mammae merupakan stimulus primer bagi pelepasan oksitosin sedangkan distensi vagina dan uterus merupakan stimulus sekunder. Estrogen akan merangsang produksi oksitosin sedangkan progesterone sebaliknya akan menghambat produksi oksitosin. Selain di hipotalamus, oksitosin juga disintesis di kelenjar gonad, plasenta dan uterus mulai sejak kehamilan 32 minggu dan seterusnya. Konsentrasi oksitosin dan juga aktivitas uterus akan meningkat pada malam hari.

Pelepasan oksitosin endogenus ditingkatkan oleh:

a. Persalinan

b. Stimulasi serviks, vagina dan payudara

c. Estrogen yang beredar dalam darah

d. Peningkatan osmolalitas/konsentrasi plasma

e. Volume cairan yang rendah dalam sirkulasi darah

f. Stress, stress yang disebabkan oleh tangisan bayi akan menstimulasi pengeluaran ASI

Pelepasan oksitosin disupresi oleh:

a. Alkohol

b. Relaksin

c. Penurunan osmolalitas/konsentrasi plasma

d. Volume cairan yang tinggi dalam sirkulasi darah

Bagaimana Mekanisme Kerja Oksitosin ?

Pada otot polos uterus. Mekanisme kerja dari oksitosin belum diketahui pasti, hormon ini akan menyebabkan kontraksi otot polos uterus sehingga digunakan dalam dosis farmakologik untuk menginduksi persalinan. Sebelum bayi lahir pada proses persalinan yang timbul spontan ternyata rahim sangat peka terhadap oksitosin Dengan dosis beberapa miliunit permenit intra vena, rahim yang hamil sudah berkontraksi demikian kuat sehingga seakan-akan dapat membunuh janin yang ada didalamnya atau merobek rahim itu sendiri atau kedua-duanya.

Kehamilan akan berlangsung dengan jumlah hari yang sudah ditentukan untuk masing-masing spesies tetapi faktor yang menyebabkan berakhirnya suatu kehamilan masih belum diketahui. Pengaruh hormonal memang dicurigai tetapi masih belum terbukti. Estrogen dan progesterone merupakan factor yang dicurigai mengingat kedua hormon ini mempengaruhi kontraktilitas uterus. Juga terdapat bukti bahwa katekolamin turut terlibat dalam proses induksi persalinan.

Karena oksitosin merangsang kontraktilitas uterus maka hormon ini digunakan untuk memperlancar persalinan, tetapi tidak akan memulai persalinan kecuali kehamilan sudah aterm. Didalam uterus terdapat reseptor oksitosin 100 kali lebih banyak pada kehamilan aterm dibandingkan dengan kehamilan awal. Jumlah estrogen yang meningkat pada kehamilan aterm dapat memperbesar jumlah reseptor oksitosin. Begitu proses persalinan dimulai serviks akan berdilatasi sehinga memulai refleks neural yang menstimulasi pelepasan oksitosin dan kontraksi uterus selanjutnya. Faktor mekanik seperti jumlah regangan atau gaya yang terjadi pada otot, mungkin merupakan hal penting.

Pada kelenjar mammae . Fungsi fisiologik lain yang kemungkinan besar dimiliki oleh oksitosin adalah merangsang kontraksi sel mioepitel yang mengelilingi mammae, fungsi fisiologik ini meningkatkan gerakan ASI kedalam duktus alveolaris dan memungkinkan terjadinya ejeksi ASI.

Reseptor membran untuk oksitosin ditemukan baik dalam jaringan uterus maupun mammae. Jumlah reseptor ini bertambah oleh pengaruh estrogen dan berkurang oleh pengaruh progesterone. Kenaikan kadar estrogen yang terjadi bersamaan dengan penurunan kadar progester6n dan terlihat sesaat sebelum persalinan mungkin bisa menjelaskan awal laktasi sebelum persalinan. Derivat progesterone lazim digunakan untuk menghambat laktasi postpartum pada manusia.

Pada ginjal. ADH dan oksitosin disekresikan secara terpisah kedalam darah bersama neurofisinnya. Kedua hormon ini beredar dalam bentuk tak terikat dengan protein dan mempunyai waktu paruh plasma yang sangat pendek yaitu berkisar 2-4 menit. Oksitosin mempunyai struktur kimia yang sangat mirip dengan Vasopresin/ADH, sebagaimana diperlihatkan dibawah ini:

Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn- Cys-Pro-Arg-Gly-NH2 : Arginin Vasopresin

Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn- Cys-Pro-Lys -Gly-NH2 : Lisin Vasopresin

Cys-Tyr-Lie-Gln-Asn- Cys-Pro-Arg-Gly-NH2 : Oksitosin

Masing-masing hormon ini merupakan senyawa nono apeptida yang mengandung molekul sistein pada posisi 1 dan 6 yang dihubungkan oleh jembatan S—S. Sebagian besar binatang menpunyai Arginin Vasopresin, meskipun demikian hormon pada babi dan spesies lain yang terkait, mempunyai lisin yang tersubtitusi pada posisi 8. Karena kemiripan structural yang erat tersebut tidaklah mengherankan kalau oksitosin dan ADH masing-masing memperlihatkan sebagian efek yang sama/tumpang tindih.

Salah satu efek penting yang tidak diingini pada oksitosin adalah anti diuresis yang terutama disebabkan oleh reabsorbsi air. Abdul Karim dan Assali (1961) menunjukan dengan jelas bahwa pada wanita hamil maupun tidak hamil oksitosin mempunyai aktivitas anti diuresis. Pada wanita yang mengalami diuresis sebagai akibat pemberian air, apabila diberikan infus dengan 20 miliunit oksitosin permenit, biasnya akan mengakibatkan produksi air seni menurun. Kalau dosis ditingkatkan menjadi 40 miliunit permenit, produksi air seni sangat menurun. Dengan dosis yang sama apabila diberikan dalam cairan dekstorse tanpa elektrolit dalam volume yang besar akan dapat menimbulkan intoksikasi air. Pada umunnya kalau pemberian oksitosin dalam dosis yang relatif tinggi dalam jangka waktu yang agak lama maka lebih baik meningkatkan konsentrasi hormon ini dari pada menambah jumlah cairan dengan konsentrasi hormon yang rendah . Efek anti diuresis pemberian oksitosin intravena hilang dalam waktu beberapa menit setelah infus dihentikan. Pemberian oksitosin im dengan dosis 5-10 unit tiap 15-30 menit juga menimbulkan anti diuresis tetapi kemungkinan keracunan air tidak terlalu besar karena tidak desertakan pemberian cairan tanpa elektrolit dalam jumlah besar. Oksitosin dan hormon ADH memiliki rumus bangun yang sangat mirip , hal ini akan menjelaskan mengapa fungsi kedua hormon ini saling tumpang tindih. Peptida ini terutama dimetabolisme dihati, sekalipun eksresi adrenal ADH menyebabkan hilangnya sebagian hormon ini dengan jumlah yang bermakna dari dalam darah.

Gugus kimia yang penting bagi kerja oksitosin mencakup gugus amino primer pada sistein dengan ujung terminal –amino: gugus fenolik pada tirosin ; gugus tiga carboksiamida pada aspa-ragin, glutamin serta glisinamida; dan ikatan disulfida (s----s). Delesi atau subtitusi gugus ini pernah menghasilkan sejumlah analog oksitosin. Sebagai contoh penghapusan gugus amino primer bebas pada belahan terminal residu sistein menghasilkan desamino oksitosin yang memiliki aktivitas anti diuretika empat hingga lima kali lebih kuat dari pada aktivitas anti diuretika hormon oksitosin.

Pada pembuluh darah . Oksitosin bekerja pada reseptor hormon antidiuretik (ADH) untuk menyebabkan penurunan tekanan darah khususnya diastolik karena vasodilatasi. Secher dan kawan-kawan (1978) selalu mendapatkan adanya penurunan tekanan darah arterial sesaat namun cukup nyata apabila pada wanita sehat diberikan 10 unit bolus oksitosin secara intravena kemudian segera diikuti kenaikan kardiak autput yang cepat. Mereka juga menyimpulkan bahwa perubahan henodinamik ini dapat membahayakan jiwa seorang ibu bila sebelumnya sudah terjadi hipovolemi atau mereka yang mempunyai penyakit jantung yang membatasi kardiak autput atau yang mengalami komplikasi adanya hubungan pintas dari kanan kekiri. Dengan demikian maka oksitosin sebaiknya tidak diberikan secara intravena dalam bentuk bolus, melainkan dalam larutan yang lebih encer, dalam bentuk infus atau diberikan suntikan intramuskular.

Oksitosin sintetik

Sekresi oksitosin endogenus tidak disupresi oleh mekanisme umpan balik negatif, ini berarti bahwa oksitosin sintetis tidak akan mensupresi pelepasan oksitosin endogenus. Oksitosin dapat diberikan intramuskular, intravena, sublingual maupun intranasal. Pemakaian pompa infus dianjurkan untuk pemberian oksitosin lewat intravena. Oksitosin bekerja satu menit setelah pemberian intravena, peningkatan kontraksi uterus dimulai segera setelah pemberian . Waktu paruh oksitosin diperkirakan berkisar 1-20 menit bahkan apabila oksitosin diberikan itravena maka waktu paruhnya sangat pendek yaitu diperkirakan 3 menit. Data terakhir menyebutkan sekitar 15 menit. Oksitosin akan dieliminasi dalam waktu 30-40 menit setelah pemberian

Efek samping oksitosin

Bila oksitosin sintetik diberikan, kerja fisiologis hormon ini akan meningkat sehingga dapat timbul efek samping yang berbahaya, efek samping tersebut dapat dikelompokkan menjadi:

a. Stimulasi berlebih pada uterus

b. Konstriksi pembuluh darah tali pusat

c. Kerja anti diuretika

d. Kerja pada pembuluh darah ( dilatasi )

e. Mual

f. Reaksi hipersensitif

Stimulasi uterus dengan oksitosin pada persalinan hipotonik

Perlu diperhatikan dulu apakah jalan lahir cukup luas untuk ukuran kepala janin dan apakah kepala janin juga dalam posisi fleksi yang baik, sehingga diameter yang terkecil kepala janin yang akan menyesuaikan dengan jalan lahir ( diameter biparietal dan suboccipitobregmatika ). Suatu kesempitan panggul adalah tidak mungkin bila semua criteria dibawah ini kita jumpai:

a. Konjugata diagonalis normal

b. Bila dinding lateral panggul sejajar

c. Spina ischiadika tidak menonjol

d. Sakrum tidak mendatar

e. Arkus pubis tidak sempit

f. Bagian terendah janin adalah oksiput

g. Bila dilakukan dorongan pada fundus maka kepala janin akan turun melewati pintu atas panggul

Jika kriteria diatas tidak dipenuhi, ,maka pilihannya adalah seksio sesaria. Bila dipergunakan oksitosin, maka harus dilakukan pengawasan ketat terhadap denyut jantung janin dan pola kontraksi uterus, frekuensi, intensitas, lamanya, dan waktu relaksasi serta hubungannya dengan denyut jantung janin diamati secara ketat. Bila denyut jantung tidak diawasi terus menerus, maka penting sekali untuk melakukan pemeriksaan denyut jantung janin segera setelah kontraksi uterus, dan tidak harus menunggu satu menit atau lebih.

Teknik Pemberian Oksitosin Intravena

Sepuluh unit oksitosin dilarutkan dalam satu liter cairan, biasanya diberikan glukosa 5% dalam air, atau lebih baik dipakai suatu larutan garam berimbang. Larutan yang lebih encer dapat disiapkan dengan melipatkan jumlah cairan atau mempergunakan setengah jumlah oksitosin. Meskipun oleh beberapa penulis dinyatakan bahwa larutan yang lebih encer juga efektif, tetapi larutan ( 10 U dalam 1 liter ) adalah mudah dipersiapkan, aman, efektif, dan mungkin paling sedikit memberikan keraguan dalam mempersiapkan dan pemberiannya. Dengan larutan oksitosin 10 mU/ ml, maka aliran rata-rata mudah dikalkulasi. Dianjurkan menggunakan sistim pompa infus yang konstan, yang akan meningkatkan ketelitian dosis yang diberikan, terutama dalam dosis rendah.

Jarum yang mempunyai penutup-aliran dimasukkan ke dalam vena di lengan, atau lebih baik melaui infus intravena yang sudah terpasang dan berfungsi baik, dan tetesan mulai di berikan tidak lebih dari 1 mU tiap menit. ( Seitchik dan Castillo, 1982 ). Untuk meningkatkan persalinan akibat murni suatu disfungsi uterus hipotonik, jumlah oksitosin tersebut tidak akan menyebabkan tetania uteri, walaupun pada suatu saat harus siap sewaktu-waktu menghentikan tetesan pada keadaan dimana uterus sangat sensitive terhadap oksitosin. Aliran dinaikkan secara sangat bertahap, dengan waktu tidak lebih dari 30 menit untuk mendapatkan tidak lebih dari 10 mU tiap menit, seperti yang dianjurkan oleh Seitchik dan Castillo(1981,1983a,1983b). Untuk pengobatan disfungsi uterus, rata-rata dosis yang dibutuhkan jarang melampaui dosis tersebut. Untuk induksi persalinan, jika diberikan dengan tetesan rata-rata 30-40 mU tiap menit tidak dapat menimbulkan kontraksi uterus yang memuaskan, maka tetesan yang lebih besarpun tidak mungkin akan berhasil.

Selama infus oksitosin dilaksanakan ibu tidak boleh dibiarkan sendirian. Kontraksi uterus diawasi terus-menerus dan tetesan segera dihentikan bila dijumpai kontraksi uterus yang lamanya melebihi 1 menit atau bila diselerasi denyut jantung janin yang bermakna. Bila salah satu hal tersebut terjadi, tetesan harus segera dihentikan dan biasanya terjadi perbaikan gangguan tersebut, serta mencegah bahaya pada ibu dan janin. Kosentrasi oksitosin dalam plasma cepat menurun, karena waktu-paruh oksitosin rata-rata kurang dari 3 menit.

Harus selalu diingat bahwa oksitosin mempunyai pengaruh antidiuretik yang kuat. Pada pemberian oksitosin 20 mU atau lebih tiap menit, klirens air –bebas oleh ginjal (free water clearance) menurun secara nyata. Jika cairan mengandung air (aqueous fluids), terutama dextrose dalam air, diberikan dalam jumlah cukup besar dan lama, bersamaan dengan oksitosin, terdapat kemungkinan untuk terjadi intoksikasi air yang merupakan penyebab terjadinya kejang, coma, dan malahan kematian.

Diparkland Memorial Hospital, bila menggunakan oksitosin pada uterus yang hipotonus, maka dilaksanakan persyaratan umum berikut :

  1. Wanita harus sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa proses persalinan benar-benar telah terjadi, bukan suatu persalinan palsu atau persalinan prodromal. Satu-satunya tanda persalinan, adalah terjadinya pendataran serviks yang progresif dan pembukaan serviks. Walaupun proses itu dapat terhenti, tetapi pembukaan servik paling tidak sudah mencapai 3 cm. Salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh seseorang pakar obstetrik adalah mencoba melakukan perangsangan persalinan, sebelum wanita tersebut mengalami persalinan aktif.
  2. Harus tidak ada factor-faktor obstruksi mekanik sehingga jalannya persalinan aman.
  3. .Penggunaan oksitosin umumnya dihindarkan pada kasus-kasus dengan presentasi janin abnormal dan regangan uterus yang berlebihan seperti pada hidramnion, janin tunggal yang besar, atau kehamilan multiple.
  4. Wanita dengan paritas tinggi (lebih dari 5), pada umumnya tidak diberi oksitosin karena mudah mengalami ruptura uteri dibandingkan dengan wanita paritas rendah. Demikian pula dengan wanita dengan cacat uterus, penggunaan oksitosin ditangguhkan.
  5. Keadaan janin harus baik, yang dibuktikan dengan pemeriksaan denyut jantung janin dan tidak adanya mekonium yang kental dalam cairan amnion. Tentu saja pada janin yang mati tidak ada kontra indikasi untuk memberikan oksitosin, kecuali bila jelas terdapat disproporsi fetopelvik atau letak lintang.
  6. Ahli obstetrik harus memperhatikan kontraksi pertama setelah pemberian obat tersebut dan siap menghentikan pemberiannya bila terjadi tetania uteri. Merupakan keharusan untuk menghindarkan suatu hiperstimulasi. Frekuensi, intensitas, dan lamanya kontraksi, serta tonus uterus antara kontraksi tidak boleh melebihi seperti apa yang terjadi pada persalinan spontan yang normal.
  7. Pola denyut jantung janin dan kontraksi uterus dievaluasi berulang-ulang. Untuk itu dianjurkan melakukan pemantauan secara terus menerus terhadap denyut jantung janin dan kontraksi uterus.

Oksitosin merupakan obat yang kuat, obat tersebut dapat membunuh dan membuat cacat ibu dengan terjadinya ruptura uteri, dan malahan menyebabkan lebih banyak kematian dan cacat janin akibat hipoksia yang disebabkan oleh kontraksi uterus yang sangat hipertonik. Tetapi pemberian oksitosin intravena pada berbagai publikasi terbukti jelas memberikan keuntungan, karena keefektifan maupun keamanannya. Kegagalan mengobati disfungsi uterus menyebabkan ibu manghadapi peningkatan bahaya terjadinya kelelahan, infeksi intrapartum, dan kelahiran operatif yang traumatik. Disamping itu, kegagalan mengobati disfungsi uterus dapat menghadapkan janin terhadap resiko kematian yang lebih besar, sedangkan resiko penggunaan oksitosin intravena, bila digunakan dengan cara yang benar, dapat diabaikan. Tetapi kecelakaan yang berat dapat terjadi pada penggunaannya bila persyaratannya tidak diawasi dengan ketat. Ruptura uteri pada segmen bawah uterus akibat stimulasi dengan larutan oksitosin intravena hendaknya merupakan peringatan kepada dokter tentang pentingnya persyaratan tersebut. Dalam kasus tersebut, oksitosin diberikan pada seorang multipara umur 38 tahun. Karena tidak ditemukan kelainan lian, seharusnya dianggap adanya otot uterus yang menua yang telah mengalami regangan berkali-kali pada persalinan-persalinan sebelumnya, sehingga tidak dapat menahan beban yang ditimbulkan oleh oksitosin.



Satu sifat oksitosin intravena adalah kenyataan bahwa bila berhasil, obat tersebut bekerja dengan segera, menyebabkan kemajuan yang jelas dengan sedikit hambatan. Pada setiap kecepatan tetesan infus kadar plasma mencapai plateau setelah 30 menit karena kecepatan tetesan dan kecepatan penghancurannya oleh oksitosinase mencapai keseimbangan. Oleh karena itu obat tersebut tidak perlu diberikan pada jangka waktu yang tak terbatas untuk merangsang persalinan. Obat tersebut harus diberikan selama tidak lebih dari beberapa jam (O’Driscoll dkk, 1984; Seitchik dan Castillo 1983a,1983b); bila kemudian serviks tidak mengalami perubahan yang nyata, dan bila diramalkan tidak akan terjadi persalinan pervaginam secara mudah, maka harus dilakukan kelahiran seksio sesarea. Sebaliknya, oksitosin tidak boleh digunakan untuk memaksa pembukaan serviks dengan kecepatan yang melebihi keadaaan normal (Cohen dan Friedman,1983). Kesiapan untuk melakukan seksio sesarea dalam hal kegagalan oksitosin atau bila terdapat kontraindikasi pemakaiannya, sangat menurunkan mortalitas dan morbiditas perinata.

Harapan untuk semua pihak

Pada tulisan ini telah dipaparkan tentang oksitosin, cara kerjanya pada otot polos uterus, mioepitel kelenjar mammae, efek yang tupang tindih dengan hormon ADH, dan beberapa efek samping yang tidak diinginkan serta yang berkaitan dengan rumus kimia oksitosin dan juga cara pemberian dan pemakaian yang dianjurkan agar tidak terjadi atau terhindar dari efek samping yang tidak diinginkan yang merugikan klien. Diharapkan dengan paparan ini kepada para bidan dapat memahami atau meningkatkan pengetahuannya tentang oksitosin sehingga dapat menyahuti himbauan ataupun gerakan yang dicanangkan oleh pemerintah dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat khususnya ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas.


Pada kelenjar mammae . Fungsi fisiologik lain yang kemungkinan besar dimiliki oleh oksitosin adalah merangsang kontraksi sel mioepitel yang mengelilingi mammae, fungsi fisiologik ini meningkatkan gerakan ASI kedalam duktus alveolaris dan memungkinkan terjadinya ejeksi ASI.

Reseptor membran untuk oksitosin ditemukan baik dalam jaringan uterus maupun mammae. Jumlah reseptor ini bertambah oleh pengaruh estrogen dan berkurang oleh pengaruh progesterone. Kenaikan kadar estrogen yang terjadi bersamaan dengan penurunan kadar progester6n dan terlihat sesaat sebelum persalinan mungkin bisa menjelaskan awal laktasi sebelum persalinan. Derivat progesterone lazim digunakan untuk menghambat laktasi postpartum pada manusia.

Pada ginjal. ADH dan oksitosin disekresikan secara terpisah kedalam darah bersama neurofisinnya. Kedua hormon ini beredar dalam bentuk tak terikat dengan protein dan mempunyai waktu paruh plasma yang sangat pendek yaitu berkisar 2-4 menit. Oksitosin mempunyai struktur kimia yang sangat mirip dengan Vasopresin/ADH, sebagaimana diperlihatkan dibawah ini:

Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn- Cys-Pro-Arg-Gly-NH2 : Arginin Vasopresin

Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn- Cys-Pro-Lys -Gly-NH2 : Lisin Vasopresin

Cys-Tyr-Lie-Gln-Asn- Cys-Pro-Arg-Gly-NH2 : Oksitosin

Masing-masing hormon ini merupakan senyawa nono apeptida yang mengandung molekul sistein pada posisi 1 dan 6 yang dihubungkan oleh jembatan S—S. Sebagian besar binatang menpunyai Arginin Vasopresin, meskipun demikian hormon pada babi dan spesies lain yang terkait, mempunyai lisin yang tersubtitusi pada posisi 8. Karena kemiripan structural yang erat tersebut tidaklah mengherankan kalau oksitosin dan ADH masing-masing memperlihatkan sebagian efek yang sama/tumpang tindih.

Salah satu efek penting yang tidak diingini pada oksitosin adalah anti diuresis yang terutama disebabkan oleh reabsorbsi air. Abdul Karim dan Assali (1961) menunjukan dengan jelas bahwa pada wanita hamil maupun tidak hamil oksitosin mempunyai aktivitas anti diuresis. Pada wanita yang mengalami diuresis sebagai akibat pemberian air, apabila diberikan infus dengan 20 miliunit oksitosin permenit, biasnya akan mengakibatkan produksi air seni menurun. Kalau dosis ditingkatkan menjadi 40 miliunit permenit, produksi air seni sangat menurun. Dengan dosis yang sama apabila diberikan dalam cairan dekstorse tanpa elektrolit dalam volume yang besar akan dapat menimbulkan intoksikasi air. Pada umunnya kalau pemberian oksitosin dalam dosis yang relatif tinggi dalam jangka waktu yang agak lama maka lebih baik meningkatkan konsentrasi hormon ini dari pada menambah jumlah cairan dengan konsentrasi hormon yang rendah . Efek anti diuresis pemberian oksitosin intravena hilang dalam waktu beberapa menit setelah infus dihentikan. Pemberian oksitosin im dengan dosis 5-10 unit tiap 15-30 menit juga menimbulkan anti diuresis tetapi kemungkinan keracunan air tidak terlalu besar karena tidak desertakan pemberian cairan tanpa elektrolit dalam jumlah besar. Oksitosin dan hormon ADH memiliki rumus bangun yang sangat mirip , hal ini akan menjelaskan mengapa fungsi kedua hormon ini saling tumpang tindih. Peptida ini terutama dimetabolisme dihati, sekalipun eksresi adrenal ADH menyebabkan hilangnya sebagian hormon ini dengan jumlah yang bermakna dari dalam darah.

Gugus kimia yang penting bagi kerja oksitosin mencakup gugus amino primer pada sistein dengan ujung terminal –amino: gugus fenolik pada tirosin ; gugus tiga carboksiamida pada aspa-ragin, glutamin serta glisinamida; dan ikatan disulfida (s----s). Delesi atau subtitusi gugus ini pernah menghasilkan sejumlah analog oksitosin. Sebagai contoh penghapusan gugus amino primer bebas pada belahan terminal residu sistein menghasilkan desamino oksitosin yang memiliki aktivitas anti diuretika empat hingga lima kali lebih kuat dari pada aktivitas anti diuretika hormon oksitosin.

Pada pembuluh darah . Oksitosin bekerja pada reseptor hormon antidiuretik (ADH) untuk menyebabkan penurunan tekanan darah khususnya diastolik karena vasodilatasi. Secher dan kawan-kawan (1978) selalu mendapatkan adanya penurunan tekanan darah arterial sesaat namun cukup nyata apabila pada wanita sehat diberikan 10 unit bolus oksitosin secara intravena kemudian segera diikuti kenaikan kardiak autput yang cepat. Mereka juga menyimpulkan bahwa perubahan henodinamik ini dapat membahayakan jiwa seorang ibu bila sebelumnya sudah terjadi hipovolemi atau mereka yang mempunyai penyakit jantung yang membatasi kardiak autput atau yang mengalami komplikasi adanya hubungan pintas dari kanan kekiri. Dengan demikian maka oksitosin sebaiknya tidak diberikan secara intravena dalam bentuk bolus, melainkan dalam larutan yang lebih encer, dalam bentuk infus atau diberikan suntikan intramuskular.

Oksitosin sintetik

Sekresi oksitosin endogenus tidak disupresi oleh mekanisme umpan balik negatif, ini berarti bahwa oksitosin sintetis tidak akan mensupresi pelepasan oksitosin endogenus. Oksitosin dapat diberikan intramuskular, intravena, sublingual maupun intranasal. Pemakaian pompa infus dianjurkan untuk pemberian oksitosin lewat intravena. Oksitosin bekerja satu menit setelah pemberian intravena, peningkatan kontraksi uterus dimulai segera setelah pemberian . Waktu paruh oksitosin diperkirakan berkisar 1-20 menit bahkan apabila oksitosin diberikan itravena maka waktu paruhnya sangat pendek yaitu diperkirakan 3 menit. Data terakhir menyebutkan sekitar 15 menit. Oksitosin akan dieliminasi dalam waktu 30-40 menit setelah pemberian

Efek samping oksitosin

Bila oksitosin sintetik diberikan, kerja fisiologis hormon ini akan meningkat sehingga dapat timbul efek samping yang berbahaya, efek samping tersebut dapat dikelompokkan menjadi:

a. Stimulasi berlebih pada uterus

b. Konstriksi pembuluh darah tali pusat

c. Kerja anti diuretika

d. Kerja pada pembuluh darah ( dilatasi )

e. Mual

f. Reaksi hipersensitif

Stimulasi uterus dengan oksitosin pada persalinan hipotonik

Perlu diperhatikan dulu apakah jalan lahir cukup luas untuk ukuran kepala janin dan apakah kepala janin juga dalam posisi fleksi yang baik, sehingga diameter yang terkecil kepala janin yang akan menyesuaikan dengan jalan lahir ( diameter biparietal dan suboccipitobregmatika ). Suatu kesempitan panggul adalah tidak mungkin bila semua criteria dibawah ini kita jumpai:

a. Konjugata diagonalis normal

b. Bila dinding lateral panggul sejajar

c. Spina ischiadika tidak menonjol

d. Sakrum tidak mendatar

e. Arkus pubis tidak sempit

f. Bagian terendah janin adalah oksiput

g. Bila dilakukan dorongan pada fundus maka kepala janin akan turun melewati pintu atas panggul

Jika kriteria diatas tidak dipenuhi, ,maka pilihannya adalah seksio sesaria. Bila dipergunakan oksitosin, maka harus dilakukan pengawasan ketat terhadap denyut jantung janin dan pola kontraksi uterus, frekuensi, intensitas, lamanya, dan waktu relaksasi serta hubungannya dengan denyut jantung janin diamati secara ketat. Bila denyut jantung tidak diawasi terus menerus, maka penting sekali untuk melakukan pemeriksaan denyut jantung janin segera setelah kontraksi uterus, dan tidak harus menunggu satu menit atau lebih.


Pengertian Oksitosin

Oksitosin adalah suatu hormon yang diproduksi di hipotalamus dan diangkut lewat aliran aksoplasmik ke hipofisis posterior yang jika mendapatkan stimulasi yang tepat hormon ini akan dilepas kedalam darah. Hormon ini di beri nama oksitosin berdasarkan efek fisiologisnya yakni percepatan proses persalinan dengan merangsang kontraksi otot polos uterus. Peranan fisiologik lain yang dimiliki oleh hormon ini adalah meningkatkan ejeksi ASI dari kelenjar mammae.

Bagaimana Oksitosin dikeluarkan ?

Impuls neural yang terbentuk dari perangsangan papilla mammae merupakan stimulus primer bagi pelepasan oksitosin sedangkan distensi vagina dan uterus merupakan stimulus sekunder. Estrogen akan merangsang produksi oksitosin sedangkan progesterone sebaliknya akan menghambat produksi oksitosin. Selain di hipotalamus, oksitosin juga disintesis di kelenjar gonad, plasenta dan uterus mulai sejak kehamilan 32 minggu dan seterusnya. Konsentrasi oksitosin dan juga aktivitas uterus akan meningkat pada malam hari.

Pelepasan oksitosin endogenus ditingkatkan oleh:

a. Persalinan

b. Stimulasi serviks, vagina dan payudara

c. Estrogen yang beredar dalam darah

d. Peningkatan osmolalitas/konsentrasi plasma

e. Volume cairan yang rendah dalam sirkulasi darah

f. Stress, stress yang disebabkan oleh tangisan bayi akan menstimulasi pengeluaran ASI

Pelepasan oksitosin disupresi oleh:

a. Alkohol

b. Relaksin

c. Penurunan osmolalitas/konsentrasi plasma

d. Volume cairan yang tinggi dalam sirkulasi darah

Bagaimana Mekanisme Kerja Oksitosin ?

Pada otot polos uterus. Mekanisme kerja dari oksitosin belum diketahui pasti, hormon ini akan menyebabkan kontraksi otot polos uterus sehingga digunakan dalam dosis farmakologik untuk menginduksi persalinan. Sebelum bayi lahir pada proses persalinan yang timbul spontan ternyata rahim sangat peka terhadap oksitosin Dengan dosis beberapa miliunit permenit intra vena, rahim yang hamil sudah berkontraksi demikian kuat sehingga seakan-akan dapat membunuh janin yang ada didalamnya atau merobek rahim itu sendiri atau kedua-duanya.

Kehamilan akan berlangsung dengan jumlah hari yang sudah ditentukan untuk masing-masing spesies tetapi faktor yang menyebabkan berakhirnya suatu kehamilan masih belum diketahui. Pengaruh hormonal memang dicurigai tetapi masih belum terbukti. Estrogen dan progesterone merupakan factor yang dicurigai mengingat kedua hormon ini mempengaruhi kontraktilitas uterus. Juga terdapat bukti bahwa katekolamin turut terlibat dalam proses induksi persalinan.

Karena oksitosin merangsang kontraktilitas uterus maka hormon ini digunakan untuk memperlancar persalinan, tetapi tidak akan memulai persalinan kecuali kehamilan sudah aterm. Didalam uterus terdapat reseptor oksitosin 100 kali lebih banyak pada kehamilan aterm dibandingkan dengan kehamilan awal. Jumlah estrogen yang meningkat pada kehamilan aterm dapat memperbesar jumlah reseptor oksitosin. Begitu proses persalinan dimulai serviks akan berdilatasi sehinga memulai refleks neural yang menstimulasi pelepasan oksitosin dan kontraksi uterus selanjutnya. Faktor mekanik seperti jumlah regangan atau gaya yang terjadi pada otot, mungkin merupakan hal penting.

Pada kelenjar mammae . Fungsi fisiologik lain yang kemungkinan besar dimiliki oleh oksitosin adalah merangsang kontraksi sel mioepitel yang mengelilingi mammae, fungsi fisiologik ini meningkatkan gerakan ASI kedalam duktus alveolaris dan memungkinkan terjadinya ejeksi ASI.

Reseptor membran untuk oksitosin ditemukan baik dalam jaringan uterus maupun mammae. Jumlah reseptor ini bertambah oleh pengaruh estrogen dan berkurang oleh pengaruh progesterone. Kenaikan kadar estrogen yang terjadi bersamaan dengan penurunan kadar progester6n dan terlihat sesaat sebelum persalinan mungkin bisa menjelaskan awal laktasi sebelum persalinan. Derivat progesterone lazim digunakan untuk menghambat laktasi postpartum pada manusia.

Pada ginjal. ADH dan oksitosin disekresikan secara terpisah kedalam darah bersama neurofisinnya. Kedua hormon ini beredar dalam bentuk tak terikat dengan protein dan mempunyai waktu paruh plasma yang sangat pendek yaitu berkisar 2-4 menit. Oksitosin mempunyai struktur kimia yang sangat mirip dengan Vasopresin/ADH, sebagaimana diperlihatkan dibawah ini:

Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn- Cys-Pro-Arg-Gly-NH2 : Arginin Vasopresin

Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn- Cys-Pro-Lys -Gly-NH2 : Lisin Vasopresin

Cys-Tyr-Lie-Gln-Asn- Cys-Pro-Arg-Gly-NH2 : Oksitosin

Masing-masing hormon ini merupakan senyawa nono apeptida yang mengandung molekul sistein pada posisi 1 dan 6 yang dihubungkan oleh jembatan S—S. Sebagian besar binatang menpunyai Arginin Vasopresin, meskipun demikian hormon pada babi dan spesies lain yang terkait, mempunyai lisin yang tersubtitusi pada posisi 8. Karena kemiripan structural yang erat tersebut tidaklah mengherankan kalau oksitosin dan ADH masing-masing memperlihatkan sebagian efek yang sama/tumpang tindih.

Salah satu efek penting yang tidak diingini pada oksitosin adalah anti diuresis yang terutama disebabkan oleh reabsorbsi air. Abdul Karim dan Assali (1961) menunjukan dengan jelas bahwa pada wanita hamil maupun tidak hamil oksitosin mempunyai aktivitas anti diuresis. Pada wanita yang mengalami diuresis sebagai akibat pemberian air, apabila diberikan infus dengan 20 miliunit oksitosin permenit, biasnya akan mengakibatkan produksi air seni menurun. Kalau dosis ditingkatkan menjadi 40 miliunit permenit, produksi air seni sangat menurun. Dengan dosis yang sama apabila diberikan dalam cairan dekstorse tanpa elektrolit dalam volume yang besar akan dapat menimbulkan intoksikasi air. Pada umunnya kalau pemberian oksitosin dalam dosis yang relatif tinggi dalam jangka waktu yang agak lama maka lebih baik meningkatkan konsentrasi hormon ini dari pada menambah jumlah cairan dengan konsentrasi hormon yang rendah . Efek anti diuresis pemberian oksitosin intravena hilang dalam waktu beberapa menit setelah infus dihentikan. Pemberian oksitosin im dengan dosis 5-10 unit tiap 15-30 menit juga menimbulkan anti diuresis tetapi kemungkinan keracunan air tidak terlalu besar karena tidak desertakan pemberian cairan tanpa elektrolit dalam jumlah besar. Oksitosin dan hormon ADH memiliki rumus bangun yang sangat mirip , hal ini akan menjelaskan mengapa fungsi kedua hormon ini saling tumpang tindih. Peptida ini terutama dimetabolisme dihati, sekalipun eksresi adrenal ADH menyebabkan hilangnya sebagian hormon ini dengan jumlah yang bermakna dari dalam darah.

Gugus kimia yang penting bagi kerja oksitosin mencakup gugus amino primer pada sistein dengan ujung terminal –amino: gugus fenolik pada tirosin ; gugus tiga carboksiamida pada aspa-ragin, glutamin serta glisinamida; dan ikatan disulfida (s----s). Delesi atau subtitusi gugus ini pernah menghasilkan sejumlah analog oksitosin. Sebagai contoh penghapusan gugus amino primer bebas pada belahan terminal residu sistein menghasilkan desamino oksitosin yang memiliki aktivitas anti diuretika empat hingga lima kali lebih kuat dari pada aktivitas anti diuretika hormon oksitosin.

Pada pembuluh darah . Oksitosin bekerja pada reseptor hormon antidiuretik (ADH) untuk menyebabkan penurunan tekanan darah khususnya diastolik karena vasodilatasi. Secher dan kawan-kawan (1978) selalu mendapatkan adanya penurunan tekanan darah arterial sesaat namun cukup nyata apabila pada wanita sehat diberikan 10 unit bolus oksitosin secara intravena kemudian segera diikuti kenaikan kardiak autput yang cepat. Mereka juga menyimpulkan bahwa perubahan henodinamik ini dapat membahayakan jiwa seorang ibu bila sebelumnya sudah terjadi hipovolemi atau mereka yang mempunyai penyakit jantung yang membatasi kardiak autput atau yang mengalami komplikasi adanya hubungan pintas dari kanan kekiri. Dengan demikian maka oksitosin sebaiknya tidak diberikan secara intravena dalam bentuk bolus, melainkan dalam larutan yang lebih encer, dalam bentuk infus atau diberikan suntikan intramuskular.

Oksitosin sintetik

Sekresi oksitosin endogenus tidak disupresi oleh mekanisme umpan balik negatif, ini berarti bahwa oksitosin sintetis tidak akan mensupresi pelepasan oksitosin endogenus. Oksitosin dapat diberikan intramuskular, intravena, sublingual maupun intranasal. Pemakaian pompa infus dianjurkan untuk pemberian oksitosin lewat intravena. Oksitosin bekerja satu menit setelah pemberian intravena, peningkatan kontraksi uterus dimulai segera setelah pemberian . Waktu paruh oksitosin diperkirakan berkisar 1-20 menit bahkan apabila oksitosin diberikan itravena maka waktu paruhnya sangat pendek yaitu diperkirakan 3 menit. Data terakhir menyebutkan sekitar 15 menit. Oksitosin akan dieliminasi dalam waktu 30-40 menit setelah pemberian

Efek samping oksitosin

Bila oksitosin sintetik diberikan, kerja fisiologis hormon ini akan meningkat sehingga dapat timbul efek samping yang berbahaya, efek samping tersebut dapat dikelompokkan menjadi:

a. Stimulasi berlebih pada uterus

b. Konstriksi pembuluh darah tali pusat

c. Kerja anti diuretika

d. Kerja pada pembuluh darah ( dilatasi )

e. Mual

f. Reaksi hipersensitif

Stimulasi uterus dengan oksitosin pada persalinan hipotonik

Perlu diperhatikan dulu apakah jalan lahir cukup luas untuk ukuran kepala janin dan apakah kepala janin juga dalam posisi fleksi yang baik, sehingga diameter yang terkecil kepala janin yang akan menyesuaikan dengan jalan lahir ( diameter biparietal dan suboccipitobregmatika ). Suatu kesempitan panggul adalah tidak mungkin bila semua criteria dibawah ini kita jumpai:

a. Konjugata diagonalis normal

b. Bila dinding lateral panggul sejajar

c. Spina ischiadika tidak menonjol

d. Sakrum tidak mendatar

e. Arkus pubis tidak sempit

f. Bagian terendah janin adalah oksiput

g. Bila dilakukan dorongan pada fundus maka kepala janin akan turun melewati pintu atas panggul

Jika kriteria diatas tidak dipenuhi, ,maka pilihannya adalah seksio sesaria. Bila dipergunakan oksitosin, maka harus dilakukan pengawasan ketat terhadap denyut jantung janin dan pola kontraksi uterus, frekuensi, intensitas, lamanya, dan waktu relaksasi serta hubungannya dengan denyut jantung janin diamati secara ketat. Bila denyut jantung tidak diawasi terus menerus, maka penting sekali untuk melakukan pemeriksaan denyut jantung janin segera setelah kontraksi uterus, dan tidak harus menunggu satu menit atau lebih.

Teknik Pemberian Oksitosin Intravena

Sepuluh unit oksitosin dilarutkan dalam satu liter cairan, biasanya diberikan glukosa 5% dalam air, atau lebih baik dipakai suatu larutan garam berimbang. Larutan yang lebih encer dapat disiapkan dengan melipatkan jumlah cairan atau mempergunakan setengah jumlah oksitosin. Meskipun oleh beberapa penulis dinyatakan bahwa larutan yang lebih encer juga efektif, tetapi larutan ( 10 U dalam 1 liter ) adalah mudah dipersiapkan, aman, efektif, dan mungkin paling sedikit memberikan keraguan dalam mempersiapkan dan pemberiannya. Dengan larutan oksitosin 10 mU/ ml, maka aliran rata-rata mudah dikalkulasi. Dianjurkan menggunakan sistim pompa infus yang konstan, yang akan meningkatkan ketelitian dosis yang diberikan, terutama dalam dosis rendah.

Jarum yang mempunyai penutup-aliran dimasukkan ke dalam vena di lengan, atau lebih baik melaui infus intravena yang sudah terpasang dan berfungsi baik, dan tetesan mulai di berikan tidak lebih dari 1 mU tiap menit. ( Seitchik dan Castillo, 1982 ). Untuk meningkatkan persalinan akibat murni suatu disfungsi uterus hipotonik, jumlah oksitosin tersebut tidak akan menyebabkan tetania uteri, walaupun pada suatu saat harus siap sewaktu-waktu menghentikan tetesan pada keadaan dimana uterus sangat sensitive terhadap oksitosin. Aliran dinaikkan secara sangat bertahap, dengan waktu tidak lebih dari 30 menit untuk mendapatkan tidak lebih dari 10 mU tiap menit, seperti yang dianjurkan oleh Seitchik dan Castillo(1981,1983a,1983b). Untuk pengobatan disfungsi uterus, rata-rata dosis yang dibutuhkan jarang melampaui dosis tersebut. Untuk induksi persalinan, jika diberikan dengan tetesan rata-rata 30-40 mU tiap menit tidak dapat menimbulkan kontraksi uterus yang memuaskan, maka tetesan yang lebih besarpun tidak mungkin akan berhasil.

Selama infus oksitosin dilaksanakan ibu tidak boleh dibiarkan sendirian. Kontraksi uterus diawasi terus-menerus dan tetesan segera dihentikan bila dijumpai kontraksi uterus yang lamanya melebihi 1 menit atau bila diselerasi denyut jantung janin yang bermakna. Bila salah satu hal tersebut terjadi, tetesan harus segera dihentikan dan biasanya terjadi perbaikan gangguan tersebut, serta mencegah bahaya pada ibu dan janin. Kosentrasi oksitosin dalam plasma cepat menurun, karena waktu-paruh oksitosin rata-rata kurang dari 3 menit.

Harus selalu diingat bahwa oksitosin mempunyai pengaruh antidiuretik yang kuat. Pada pemberian oksitosin 20 mU atau lebih tiap menit, klirens air –bebas oleh ginjal (free water clearance) menurun secara nyata. Jika cairan mengandung air (aqueous fluids), terutama dextrose dalam air, diberikan dalam jumlah cukup besar dan lama, bersamaan dengan oksitosin, terdapat kemungkinan untuk terjadi intoksikasi air yang merupakan penyebab terjadinya kejang, coma, dan malahan kematian.

Diparkland Memorial Hospital, bila menggunakan oksitosin pada uterus yang hipotonus, maka dilaksanakan persyaratan umum berikut :

  1. Wanita harus sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa proses persalinan benar-benar telah terjadi, bukan suatu persalinan palsu atau persalinan prodromal. Satu-satunya tanda persalinan, adalah terjadinya pendataran serviks yang progresif dan pembukaan serviks. Walaupun proses itu dapat terhenti, tetapi pembukaan servik paling tidak sudah mencapai 3 cm. Salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh seseorang pakar obstetrik adalah mencoba melakukan perangsangan persalinan, sebelum wanita tersebut mengalami persalinan aktif.
  2. Harus tidak ada factor-faktor obstruksi mekanik sehingga jalannya persalinan aman.
  3. .Penggunaan oksitosin umumnya dihindarkan pada kasus-kasus dengan presentasi janin abnormal dan regangan uterus yang berlebihan seperti pada hidramnion, janin tunggal yang besar, atau kehamilan multiple.
  4. Wanita dengan paritas tinggi (lebih dari 5), pada umumnya tidak diberi oksitosin karena mudah mengalami ruptura uteri dibandingkan dengan wanita paritas rendah. Demikian pula dengan wanita dengan cacat uterus, penggunaan oksitosin ditangguhkan.
  5. Keadaan janin harus baik, yang dibuktikan dengan pemeriksaan denyut jantung janin dan tidak adanya mekonium yang kental dalam cairan amnion. Tentu saja pada janin yang mati tidak ada kontra indikasi untuk memberikan oksitosin, kecuali bila jelas terdapat disproporsi fetopelvik atau letak lintang.
  6. Ahli obstetrik harus memperhatikan kontraksi pertama setelah pemberian obat tersebut dan siap menghentikan pemberiannya bila terjadi tetania uteri. Merupakan keharusan untuk menghindarkan suatu hiperstimulasi. Frekuensi, intensitas, dan lamanya kontraksi, serta tonus uterus antara kontraksi tidak boleh melebihi seperti apa yang terjadi pada persalinan spontan yang normal.
  7. Pola denyut jantung janin dan kontraksi uterus dievaluasi berulang-ulang. Untuk itu dianjurkan melakukan pemantauan secara terus menerus terhadap denyut jantung janin dan kontraksi uterus.

Oksitosin merupakan obat yang kuat, obat tersebut dapat membunuh dan membuat cacat ibu dengan terjadinya ruptura uteri, dan malahan menyebabkan lebih banyak kematian dan cacat janin akibat hipoksia yang disebabkan oleh kontraksi uterus yang sangat hipertonik. Tetapi pemberian oksitosin intravena pada berbagai publikasi terbukti jelas memberikan keuntungan, karena keefektifan maupun keamanannya. Kegagalan mengobati disfungsi uterus menyebabkan ibu manghadapi peningkatan bahaya terjadinya kelelahan, infeksi intrapartum, dan kelahiran operatif yang traumatik. Disamping itu, kegagalan mengobati disfungsi uterus dapat menghadapkan janin terhadap resiko kematian yang lebih besar, sedangkan resiko penggunaan oksitosin intravena, bila digunakan dengan cara yang benar, dapat diabaikan. Tetapi kecelakaan yang berat dapat terjadi pada penggunaannya bila persyaratannya tidak diawasi dengan ketat. Ruptura uteri pada segmen bawah uterus akibat stimulasi dengan larutan oksitosin intravena hendaknya merupakan peringatan kepada dokter tentang pentingnya persyaratan tersebut. Dalam kasus tersebut, oksitosin diberikan pada seorang multipara umur 38 tahun. Karena tidak ditemukan kelainan lian, seharusnya dianggap adanya otot uterus yang menua yang telah mengalami regangan berkali-kali pada persalinan-persalinan sebelumnya, sehingga tidak dapat menahan beban yang ditimbulkan oleh oksitosin.

Satu sifat oksitosin intravena adalah kenyataan bahwa bila berhasil, obat tersebut bekerja dengan segera, menyebabkan kemajuan yang jelas dengan sedikit hambatan. Pada setiap kecepatan tetesan infus kadar plasma mencapai plateau setelah 30 menit karena kecepatan tetesan dan kecepatan penghancurannya oleh oksitosinase mencapai keseimbangan. Oleh karena itu obat tersebut tidak perlu diberikan pada jangka waktu yang tak terbatas untuk merangsang persalinan. Obat tersebut harus diberikan selama tidak lebih dari beberapa jam (O’Driscoll dkk, 1984; Seitchik dan Castillo 1983a,1983b); bila kemudian serviks tidak mengalami perubahan yang nyata, dan bila diramalkan tidak akan terjadi persalinan pervaginam secara mudah, maka harus dilakukan kelahiran seksio sesarea. Sebaliknya, oksitosin tidak boleh digunakan untuk memaksa pembukaan serviks dengan kecepatan yang melebihi keadaaan normal (Cohen dan Friedman,1983). Kesiapan untuk melakukan seksio sesarea dalam hal kegagalan oksitosin atau bila terdapat kontraindikasi pemakaiannya, sangat menurunkan mortalitas dan morbiditas perinata.

Harapan untuk semua pihak

Pada tulisan ini telah dipaparkan tentang oksitosin, cara kerjanya pada otot polos uterus, mioepitel kelenjar mammae, efek yang tupang tindih dengan hormon ADH, dan beberapa efek samping yang tidak diinginkan serta yang berkaitan dengan rumus kimia oksitosin dan juga cara pemberian dan pemakaian yang dianjurkan agar tidak terjadi atau terhindar dari efek samping yang tidak diinginkan yang merugikan klien. Diharapkan dengan paparan ini kepada para bidan dapat memahami atau meningkatkan pengetahuannya tentang oksitosin sehingga dapat menyahuti himbauan ataupun gerakan yang dicanangkan oleh pemerintah dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat khususnya ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas.

Teknik Pemberian Oksitosin Intravena

Sepuluh unit oksitosin dilarutkan dalam satu liter cairan, biasanya diberikan glukosa 5% dalam air, atau lebih baik dipakai suatu larutan garam berimbang. Larutan yang lebih encer dapat disiapkan dengan melipatkan jumlah cairan atau mempergunakan setengah jumlah oksitosin. Meskipun oleh beberapa penulis dinyatakan bahwa larutan yang lebih encer juga efektif, tetapi larutan ( 10 U dalam 1 liter ) adalah mudah dipersiapkan, aman, efektif, dan mungkin paling sedikit memberikan keraguan dalam mempersiapkan dan pemberiannya. Dengan larutan oksitosin 10 mU/ ml, maka aliran rata-rata mudah dikalkulasi. Dianjurkan menggunakan sistim pompa infus yang konstan, yang akan meningkatkan ketelitian dosis yang diberikan, terutama dalam dosis rendah.

Jarum yang mempunyai penutup-aliran dimasukkan ke dalam vena di lengan, atau lebih baik melaui infus intravena yang sudah terpasang dan berfungsi baik, dan tetesan mulai di berikan tidak lebih dari 1 mU tiap menit. ( Seitchik dan Castillo, 1982 ). Untuk meningkatkan persalinan akibat murni suatu disfungsi uterus hipotonik, jumlah oksitosin tersebut tidak akan menyebabkan tetania uteri, walaupun pada suatu saat harus siap sewaktu-waktu menghentikan tetesan pada keadaan dimana uterus sangat sensitive terhadap oksitosin. Aliran dinaikkan secara sangat bertahap, dengan waktu tidak lebih dari 30 menit untuk mendapatkan tidak lebih dari 10 mU tiap menit, seperti yang dianjurkan oleh Seitchik dan Castillo(1981,1983a,1983b). Untuk pengobatan disfungsi uterus, rata-rata dosis yang dibutuhkan jarang melampaui dosis tersebut. Untuk induksi persalinan, jika diberikan dengan tetesan rata-rata 30-40 mU tiap menit tidak dapat menimbulkan kontraksi uterus yang memuaskan, maka tetesan yang lebih besarpun tidak mungkin akan berhasil.

Selama infus oksitosin dilaksanakan ibu tidak boleh dibiarkan sendirian. Kontraksi uterus diawasi terus-menerus dan tetesan segera dihentikan bila dijumpai kontraksi uterus yang lamanya melebihi 1 menit atau bila diselerasi denyut jantung janin yang bermakna. Bila salah satu hal tersebut terjadi, tetesan harus segera dihentikan dan biasanya terjadi perbaikan gangguan tersebut, serta mencegah bahaya pada ibu dan janin. Kosentrasi oksitosin dalam plasma cepat menurun, karena waktu-paruh oksitosin rata-rata kurang dari 3 menit.

Harus selalu diingat bahwa oksitosin mempunyai pengaruh antidiuretik yang kuat. Pada pemberian oksitosin 20 mU atau lebih tiap menit, klirens air –bebas oleh ginjal (free water clearance) menurun secara nyata. Jika cairan mengandung air (aqueous fluids), terutama dextrose dalam air, diberikan dalam jumlah cukup besar dan lama, bersamaan dengan oksitosin, terdapat kemungkinan untuk terjadi intoksikasi air yang merupakan penyebab terjadinya kejang, coma, dan malahan kematian.

Diparkland Memorial Hospital, bila menggunakan oksitosin pada uterus yang hipotonus, maka dilaksanakan persyaratan umum berikut :

  1. Wanita harus sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa proses persalinan benar-benar telah terjadi, bukan suatu persalinan palsu atau persalinan prodromal. Satu-satunya tanda persalinan, adalah terjadinya pendataran serviks yang progresif dan pembukaan serviks. Walaupun proses itu dapat terhenti, tetapi pembukaan servik paling tidak sudah mencapai 3 cm. Salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh seseorang pakar obstetrik adalah mencoba melakukan perangsangan persalinan, sebelum wanita tersebut mengalami persalinan aktif.
  2. Harus tidak ada factor-faktor obstruksi mekanik sehingga jalannya persalinan aman.
  3. .Penggunaan oksitosin umumnya dihindarkan pada kasus-kasus dengan presentasi janin abnormal dan regangan uterus yang berlebihan seperti pada hidramnion, janin tunggal yang besar, atau kehamilan multiple.
  4. Wanita dengan paritas tinggi (lebih dari 5), pada umumnya tidak diberi oksitosin karena mudah mengalami ruptura uteri dibandingkan dengan wanita paritas rendah. Demikian pula dengan wanita dengan cacat uterus, penggunaan oksitosin ditangguhkan.
  5. Keadaan janin harus baik, yang dibuktikan dengan pemeriksaan denyut jantung janin dan tidak adanya mekonium yang kental dalam cairan amnion. Tentu saja pada janin yang mati tidak ada kontra indikasi untuk memberikan oksitosin, kecuali bila jelas terdapat disproporsi fetopelvik atau letak lintang.
  6. Ahli obstetrik harus memperhatikan kontraksi pertama setelah pemberian obat tersebut dan siap menghentikan pemberiannya bila terjadi tetania uteri. Merupakan keharusan untuk menghindarkan suatu hiperstimulasi. Frekuensi, intensitas, dan lamanya kontraksi, serta tonus uterus antara kontraksi tidak boleh melebihi seperti apa yang terjadi pada persalinan spontan yang normal.
  7. Pola denyut jantung janin dan kontraksi uterus dievaluasi berulang-ulang. Untuk itu dianjurkan melakukan pemantauan secara terus menerus terhadap denyut jantung janin dan kontraksi uterus.

Oksitosin merupakan obat yang kuat, obat tersebut dapat membunuh dan membuat cacat ibu dengan terjadinya ruptura uteri, dan malahan menyebabkan lebih banyak kematian dan cacat janin akibat hipoksia yang disebabkan oleh kontraksi uterus yang sangat hipertonik. Tetapi pemberian oksitosin intravena pada berbagai publikasi terbukti jelas memberikan keuntungan, karena keefektifan maupun keamanannya. Kegagalan mengobati disfungsi uterus menyebabkan ibu manghadapi peningkatan bahaya terjadinya kelelahan, infeksi intrapartum, dan kelahiran operatif yang traumatik. Disamping itu, kegagalan mengobati disfungsi uterus dapat menghadapkan janin terhadap resiko kematian yang lebih besar, sedangkan resiko penggunaan oksitosin intravena, bila digunakan dengan cara yang benar, dapat diabaikan. Tetapi kecelakaan yang berat dapat terjadi pada penggunaannya bila persyaratannya tidak diawasi dengan ketat. Ruptura uteri pada segmen bawah uterus akibat stimulasi dengan larutan oksitosin intravena hendaknya merupakan peringatan kepada dokter tentang pentingnya persyaratan tersebut. Dalam kasus tersebut, oksitosin diberikan pada seorang multipara umur 38 tahun. Karena tidak ditemukan kelainan lian, seharusnya dianggap adanya otot uterus yang menua yang telah mengalami regangan berkali-kali pada persalinan-persalinan sebelumnya, sehingga tidak dapat menahan beban yang ditimbulkan oleh oksitosin.

Satu sifat oksitosin intravena adalah kenyataan bahwa bila berhasil, obat tersebut bekerja dengan segera, menyebabkan kemajuan yang jelas dengan sedikit hambatan. Pada setiap kecepatan tetesan infus kadar plasma mencapai plateau setelah 30 menit karena kecepatan tetesan dan kecepatan penghancurannya oleh oksitosinase mencapai keseimbangan. Oleh karena itu obat tersebut tidak perlu diberikan pada jangka waktu yang tak terbatas untuk merangsang persalinan. Obat tersebut harus diberikan selama tidak lebih dari beberapa jam (O’Driscoll dkk, 1984; Seitchik dan Castillo 1983a,1983b); bila kemudian serviks tidak mengalami perubahan yang nyata, dan bila diramalkan tidak akan terjadi persalinan pervaginam secara mudah, maka harus dilakukan kelahiran seksio sesarea. Sebaliknya, oksitosin tidak boleh digunakan untuk memaksa pembukaan serviks dengan kecepatan yang melebihi keadaaan normal (Cohen dan Friedman,1983). Kesiapan untuk melakukan seksio sesarea dalam hal kegagalan oksitosin atau bila terdapat kontraindikasi pemakaiannya, sangat menurunkan mortalitas dan morbiditas perinata.

Harapan untuk semua pihak

Pada tulisan ini telah dipaparkan tentang oksitosin, cara kerjanya pada otot polos uterus, mioepitel kelenjar mammae, efek yang tupang tindih dengan hormon ADH, dan beberapa efek samping yang tidak diinginkan serta yang berkaitan dengan rumus kimia oksitosin dan juga cara pemberian dan pemakaian yang dianjurkan agar tidak terjadi atau terhindar dari efek samping yang tidak diinginkan yang merugikan klien. Diharapkan dengan paparan ini kepada para bidan dapat memahami atau meningkatkan pengetahuannya tentang oksitosin sehingga dapat menyahuti himbauan ataupun gerakan yang dicanangkan oleh pemerintah dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat khususnya ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas.