Serat diketahui memiliki manfaat yang bagus bagi tubuh. Tapi penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa konsumsi serat yang terlalu banyak bisa menurunkan kadar estrogen dan beberapa hormon reproduksi lainnya.
Peneliti menemukan dari sekitar 250 perempuan berusia 18 sampai 44 tahun, didapatkan perempuan yang mengonsumsi serat berlebih memiliki kadar estrogen dan beberapa hormon reproduksi lainnya seperti progesteron, hormon luteinizing dan follicle-stimulating hormone yang lebih rendah.
Asupan serat yang tinggi terutama dari buah-buahan juga dikaitkan dengan risiko tinggi memiliki siklus menstruasi anovulatori, dimana ovarium gagal melepaskan sel telur. Penemuan ini telah dilaporkan dalam American Journal of Clinical Nutrition. Hasil ini bukan berarti mengonsumsi serat itu buruk, tapi jumlahnya saja yang harus diperhatikan.
Mengonsumsi makanan serat tinggi memang memiliki banyak manfaat, termasuk menurunkan risiko penyakit jantung, diabetes, kanker usus besar dan kanker payudara. Para ahli menyarankan bagi orang dewasa agar mendapatkan serat sebanyak 20 sampai 35 gram setiap harinya, tapi jumlah ini tergantung dari asupan kalori masing-masing orang.
Anovulatori dapat disebabkan oleh beberapa hal termasuk olahraga berlebihan, terlalu sedikit atau banyak lemak tubuh, disfungsi kelenjar tiroid dan polycystic ovarian syndrome yaitu gangguan hormon yang merupakan penyebab umum ketidaksuburan. Perempuan yang tidak berovulasi teratur biasanya memiliki periode menstruasi tidak teratur atau tidak sama sekali.
Semua perempuan yang ikut dalam studi ini dalam keadaan sehat dan memiliki periode menstruasi teratur. Namun, dilaporkan memiliki asupan serat yang lebih tinggi dari apa yang direkomendasikan dan lebih cenderung memiliki minimal satu siklus anovulatoir lebih dari dua bulan. Para peneliti mengukur anovulasi dengan mengukur reproduksi perempuan-kadar hormon lebih dari dua periode menstruasi.
Ketika para peneliti memperhitungkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi ovulasi termasuk berat badan, ras, tingkat olahraga dan asupan kalori. Didapatkan asupan serat yang tinggi terhubung sekitar 10 kali lebih tinggi berisiko anovulatori.
"Diet serat yang tinggi akan menurunkan aktivitas enzim susu tertentu yang menyebabkan sedikit saja hormon estrogen diserap kembali oleh usus besar. Selain itu serat juga membuat lebih banyak estrogen yang terbuang melalui feses," ujar J. Gaskins dari National Institute of Child Health and Human Development di Rockville, Maryland, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (4/11/2009).
Namun sebelum dibuat menjadi rekomendasi secara umum, harus dilakukan beberapa penelitian lagi agar terdapat banyak bukti yang menunjukkan hal tersebut.
Sumber : health.detik.com
No comments:
Post a Comment